PORT-AU-PRINCE, KOMPAS.TV - Geng bersenjata berat menyerbu dan berusaha menguasai bandara utama di Port-au-Prince, Haiti hari Senin, (4/3/2024). Mereka saling tembak dengan polisi dan tentara dalam serangan terbaru ke situs-situs pemerintahan.
Bandara Internasional Toussaint Louverture ditutup saat serangan terjadi, tanpa pesawat beroperasi dan tanpa penumpang bisa masuk bandara, seperti yang dilaporkan ssociated Press, Rabu, (6/3/2024).
Jurnalis Associated Press melihat truk lapis baja di landasan menembaki geng bersenjata berat untuk mencegah mereka memasuki area bandara saat puluhan karyawan dan pekerja lainnya melarikan diri dari peluru yang berdesing.
Tidak jelas sejauh mana serangan tersebut berhasil, hingga Senin malam.
Setelah geng membuka tembakan di bandara internasional Haiti pekan lalu, Kedutaan Besar AS mengatakan akan menghentikan semua perjalanan resmi ke negara itu. Pada malam hari, mereka mendorong semua warga Amerika Serikat untuk pergi secepat mungkin.
Pemerintahan Biden, yang menolak untuk menugaskan pasukan berkekuatan multinasional untuk Haiti, sambil menawarkan uang dan dukungan logistik, mengatakan mereka memantau situasi keamanan yang memburuk dengan kekhawatiran serius.
Minggu lalu, bandara sempat terkena tembakan selama serangan geng yang berkelanjutan, tetapi geng tidak masuk ke bandara atau menguasainya.
Serangan terjadi usai otoritas Haiti memberlakukan jam malam menyusul penyerbuan geng bersenjata atas dua penjara terbesar dan membebaskan ribuan tahanan selama akhir pekan.
Baca Juga: Konflik di Haiti Memanas, KBRI Havana Sampaikan 7 WNI dalam Keadaan Aman
"Sekretaris jenderal sangat prihatin dengan memburuknya situasi keamanan di Port-au-Prince, di mana geng bersenjata berat meningkatkan serangan mereka terhadap infrastruktur kritis selama akhir pekan," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric.
Keadaan darurat selama 72 jam dimulai Minggu malam. Pemerintah Haiti mengatakan akan berusaha melacak tahanan yang melarikan diri, termasuk dari penjara di mana sebagian besar berada dalam tahanan praperadilan, dengan beberapa dituduh melakukan pembunuhan, penculikan, dan kejahatan lainnya.
"Polisi diperintahkan untuk menggunakan semua cara hukum yang mereka miliki untuk memberlakukan jam malam dan menangkap semua pelanggar," kata pernyataan dari Menteri Keuangan Patrick Boivert, yang menjadi perdana menteri ad interim.
Geng diperkirakan sudah menguasai hingga 80% Port-au-Prince, ibu kota. Mereka semakin mengkoordinasikan aksi mereka dan memilih target yang sebelumnya tidak terpikirkan, seperti Bank Sentral.
Perdana Menteri Ariel Henry pergi ke Kenya pekan lalu untuk mencoba menyelamatkan dukungan bagi pasukan keamanan yang didukung PBB untuk membantu menstabilkan Haiti dalam konfliknya dengan kelompok kejahatan yang semakin kuat.
Dujarric mengatakan sekretaris jenderal menekankan perlunya tindakan segera, terutama dalam memberikan dukungan keuangan untuk misi tersebut, "untuk mengatasi kebutuhan keamanan mendesak rakyat Haiti dan mencegah negara itu semakin terperosok ke dalam kekacauan."
Polisi Nasional Haiti memiliki sekitar 9.000 petugas untuk memberikan keamanan bagi lebih dari 11 juta penduduk, menurut PBB. Mereka secara rutin kewalahan dan kalah senjata.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.