GAZA, KOMPAS.TV - Jumlah tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 tercatat 29.692 warga sipil, dengan 69.879 individu luka dan ribuan jasad masih tertimbun di reruntuhan.
“Banyak orang masih terperangkap di bawah puing-puing dan di jalan-jalan karena penyelamat kesulitan mencapainya,” ungkap pernyataan kementerian kesehatan Palestina di Gaza, Minggu (25/2/2024).
Pasukan pendudukan Israel dalam 24 jam terakhir melakukan tujuh pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, mengakibatkan 86 warga Palestina tewas dan 131 lainnya terluka, menurut sumber medis Palestina.
“Pendudukan Israel melakukan tujuh pembantaian terhadap keluarga-keluarga di Jalur Gaza, menyisakan 86 martir dan 131 luka selama 24 jam terakhir,” seperti laporan kantor berita resmi Palestina WAFA, Minggu (25/2).
Baca Juga: Terus Gencarkan Serangan Udara, Israel Sasar Kamp Pengungsi Gaza di Kota Rafah!
Sementara itu, tim ambulans dan penyelamat menghadapi kesulitan dalam menjangkau korban, dengan banyak mayat yang masih terperangkap di bawah reruntuhan atau tersebar di jalan-jalan, karena pasukan pendudukan Israel terus menargetkan pertahanan sipil dan tenaga medis.
Tak hanya itu, agresi Israel terhadap Gaza telah mendorong 85% dari populasi yang terkepung ke dalam pengungsian internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60% dari infrastruktur Gaza mengalami kerusakan atau hancur, sesuai laporan PBB.
Baca Juga: Retno Marsudi Harap ICJ Bisa Hentikan Konflik Israel-Palestina: Pengadilan adalah Penjaga Keadilan
Untuk pertama kalinya sejak berdirinya pada tahun 1948, Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, lembaga yudisial tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, terkait perang Gaza mereka.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari menyuruh Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosidal dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bantuan kemanusiaan disediakan kepada warga sipil di Gaza.
Namun, pertikaian terus berlanjut, dan pengiriman bantuan tetap tidak mencukupi untuk mengatasi bencana kemanusiaan ini.
Di dalam celah sempit antara tenda-tenda yang mengisi hampir setiap sudut kota Rafah di Gaza Selatan, warga Palestina berjuang mempertahankan hidup di tengah perang sengit dengan Israel.
Pandangan dunia tertuju pada Rafah, kota yang dulunya tenang di sepanjang perbatasan Mesir, yang kemungkinan besar akan menjadi fokus pertahanan Hamas melawan serangan Israel.
Baca Juga: Di Sidang Mahkamah Internasional, Retno Marsudi Beberkan Dosa-Dosa Israel Terhadap Rakyat Palestina
Rafah menjadi sangat padat dalam beberapa minggu terakhir. Ratusan ribu warga Palestina yang mencari perlindungan menyebar di seluruh kota, di tenda-tenda atau di rumah teman atau kerabat.
Sekitar 1,5 juta orang yang mencari perlindungan di Rafah, lebih dari setengah populasi Gaza, tidak punya tempat untuk melarikan diri menghadapi serangan yang telah meratakan sebagian besar lanskap perkotaan di wilayah lain.
Pejabat PBB memperingatkan serangan terhadap Rafah akan menjadi malapetaka dahsyar, dengan lebih dari 600.000 anak-anak berada di jalur serangan.
Serangan terhadap kota dan area sekitarnya juga dapat menyebabkan keruntuhan sistem bantuan kemanusiaan yang berjuang untuk menjaga hidup populasi Gaza. Sekutu-sekutu Barat Israel juga menyatakan kekhawatiran mereka.
Israel berkeras mereka harus merebut Rafah untuk memastikan kehancuran Hamas dan membebaskan sandera yang dipegang oleh militan tersebut.
Baca Juga: Namibia Bela Rakyat Palestina di Gaza Sambil Sudutkan Jerman di ICJ, Ungkap Genosida Masa Lalu
Makanan di Rafah, seperti di seluruh Jalur Gaza, sudah lama langka. Kerumunan orang berdesak-desakan di sekitar sebuah toko roti, berharap untuk mendapatkan beberapa pitas untuk memberi makan keluarga mereka.
Yang lain membakar roti mereka sendiri di tungku lumpur dengan tepung apa pun yang bisa mereka dapatkan. Seorang anak, duduk di bahu anak yang lebih besar, menikmati setiap gigitan pertama dari roti.
Jalanan tanpa tenda dipenuhi dengan kerumunan warga Palestina yang berusaha mempertahankan keluarga mereka.
Sumber : WAFA / Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.