NIJMEGEN, KOMPAS.TV - Eks Perdana Menteri (PM) Belanda, Dries van Agt memilih mati bersama istrinya Eugenie lewat suntikan euthanasia bersama.
Keduanya, yang sama-sama berusia 93 tahun, memutuskan mati bersama Senin (5/2/2024) di rumahnya Nijmegen, dengan prosedur yang kontroversial namun legal di Belanda itu.
Dilaporkan keduanya bergandengan tangan saat hembuskan napas terakhir.
Baca Juga: Menlu Iran: Serangan ke Lebanon Akan Jadi Akhir Netanyahu dan Kabinet Ekstremisnya
Kematian keduanya diungkapkan Jumat (9/2/2024), oleh The Rights Forum, organisasi hak asai manusia yang didirikan Van Agt.
“Ia meninggal bersama sambil bergandengan tangan dengan istrinya tersayang Eugenie van Agt-Krekelberg, saling mendukung dan hidup bersama selama lebih dari 70 tahun, dan sosok yang terus disebutnya sebagai ‘gadis saya’,” bunyi pernyataan organisasi itu dikutip dari New York Post.
Kondisi kesehatan Van Agt dan istrinya memang terus menurun selama beberapa waktu, sebelum kemudian memilih mati bersama.
Van Agt yang merupakan PM Belanda pada 1977 hingga 1982 itu dilaporkan mengalami pendarahan otak pada 2019, saat memberikan pidato untuk acara penghargaan kepada rakyat Palestina.
Sejak mengalami hal tersebut, ia tak pernah lagi pulih.
Menurut Direktur The Rights Forum, Gerard Jonkman, Van Agt dan istrinya sangat sakit, tapi tak bisa hidup tanpa yang lainnya.
Hal itulah yang kemudian membuat keduanya memutuskan memilih suntikan euthanasia bersama.
Duo euthanasia, atau dua orang menerima suntikan bersama secara simultan, masih sangat jarang di Belanda.
Namun, menurut Media Belanda NOS, cara tersebut mulai semakin popular.
Baca Juga: Arab Saudi Murka ke Israel, Ancam Akan Ada Konsekuensi Serius jika Zionis Invasi Rafah
Pada 2022, ada 29 pasangan yang memilih kematian bersama tersebut, melonjak dari 16 pasangan pada 2021, dan 13 pasangan di 2020.
Van Agt adalah salah satu pendukung vocal Palestina, setelah melakukan kunjungan ke Israel pada 1999.
Organisasi The Rights Forum yang didirikannya pada 2009 itu mengadvokasi kebijakan Belanda dan Eropa yang jujur dan berkelanjutan atas masalah Palestina-Israel.
Sumber : New York Post
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.