Menurut New York Times, hal itu terbukti dari berbagai kegagalan dalam strategi pertahanan dan sistem komando, serta kontrol yang memungkinkan Hamas melakukan aksinya selama berjam-jam.
Laporan tersebut memberikan gambaran tentang militer Israel yang terlalu lama gagal memahami skala serangan tersebut.
Keadaan itu yang kemudian membuat mereka mengirimkan tim yang tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menghadapi serangan massal.
Seperti diungkapkan New York Times, pengerahan pasukan pertama dilakukan pada pukul 7.43 pagi waktu setempat, ketika perintah dikeluarkan untuk semua pasukan darurat bergerak ke selatan.
Namun, ketika itu waktu menunjukkan sudah lebih dari satu jam setelah invasi Hamas.
Laporan itu juga menyoroti serangan Hamas ke Markas Divisi IDF di Re’im sebagai kunci kesuksesan serangan.
Dengan anggota Hamas menyerbu markas, para tentara dan komandan yang terkepung menemukan diri mereka mencoba bertahan ketimbang memimpin upaya pertempuran yang lebih besar.
Pensiunan tentara IDF, Mayor Jenderal Yom Tob Samia, yang merupakan eks kepala militer Komando Selatan, mengecam komando divisi serta pusat komando kedua Brigade Gaza yang dipertahankan di pangkalan yang sama.
Baca Juga: Ternyata Negara Kecil Ini yang Bakal Alami Tahun 2024 Pertama Kali di Dunia, Ada di Samudera Pasifik
Menurutnya, satu serangan efektif oleh Hamas bisa melumpuhkan semua struktur komando yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan semua aktivitas di wilayah itu.
“Di kamp yang sama, Anda memiliki ketiganya, di lokasi yang sama. Sungguh suatu kesalahan. Sebuah kesalahan,” katanya.
Laporan itu juga mencatat intelijen militer sebenarnya sudah menyadari tujuan jangka panjang Hamas adalah untuk merebut pangkalan pusatnya.
Tetapi IDF tak percaya bahwa Hamas mampu melakukan upaya tersebut.
Sumber : Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.