Jenderal Polisi Kenya Japhet Koome hari Jumat optimistis misi pemeliharaan perdamaian ini akan berhasil.
"Ya, kami akan pergi ke Haiti, kami akan memimpin misi itu," katanya. "Kami belum pernah gagal."
Namun, Barat lama menuduh polisi Kenya marak korupsi, penggunaan kekerasan mematikan, penyiksaan, dan penyalahgunaan lainnya.
Seorang mantan polisi yang dianggap oleh banyak orang sebagai pemimpin geng paling berpengaruh di Haiti, Jimmy Chérizier, yang dikenal sebagai "Barbecue," telah memperingatkan bahwa ia akan melawan setiap pasukan internasional yang dikerahkan ke negara itu jika melakukan penyalahgunaan.
Kenya menawarkan diri untuk memimpin misi di Haiti ini, mengacu pada sejarahnya dalam misi perdamaian global serta hubungan antara Afrika dan Haiti, di mana sebagian besar penduduknya adalah keturunan Afrika.
Pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB ini datang hampir setahun setelah pemerintah Haiti meminta dikerahkan segera pasukan bersenjata untuk meredam lonjakan kekerasan geng dan mengembalikan keamanan sehingga Haiti dapat mengadakan pemilihan yang telah tertunda lama.
Kepolisian Nasional Haiti telah berjuang dalam melawan geng dengan hanya sekitar 10.000 petugas aktif di sebuah negara dengan lebih dari 11 juta penduduk.
Intervensi internasional di Haiti memiliki sejarah yang rumit. Misi stabilisasi yang disetujui PBB ke Haiti yang dimulai pada Juni 2004 dicemari oleh skandal pelecehan seksual dan penyebaran kolera yang menewaskan hampir 10.000 orang. Misi tersebut berakhir pada Oktober 2017.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.