YEREVAN, KOMPAS.TV — Sebuah ledakan dahsyat mengguncang wilayah pegunungan Nagorno-Karabakh pada Senin malam ketika etnis Armenia berhamburan keluar dari wilayah yang memisahkan diri tersebut.
Militer Azerbaijan merebut kembali wilayah tersebut secara penuh dalam serangan Senin malam.
"Ledakan di fasilitas penyimpanan bahan bakar dekat ibu kota regional Stepanakert melukai lebih dari 200 orang,” kata ombudsman hak asasi manusia Nagorno-Karabakh, Gegham Stepanyan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Belum jelas apa penyebab ledakan tersebut.
Namun ledakan terjadi saat warga mengantri mendapatkan bahan bakar untuk mobil mereka agar dapat meninggalkan wilayah tersebut.
“Mayoritas korban berada dalam kondisi parah atau sangat parah”, kata Stepanyan, seraya menambahkan bahwa para korban perlu diterbangkan ke luar wilayah tersebut untuk mendapatkan perawatan medis guna menyelamatkan nyawa mereka.
Belum jelas apakah ada korban jiwa yang jatuh akibat serangan tersebut.
Militer Azerbaijan berhasil mengalahkan pasukan Armenia dalam serangan 24 jam pekan lalu.
Sehingga memaksa otoritas separatis setuju untuk meletakkan senjata dan memulai pembicaraan mengenai “reintegrasi” Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan setelah tiga dekade dikuasai separatis.
Baca Juga: Rusia Peringatkan PM Armenia: Kesalahan Besar jika Main Mata dengan Barat
Meskipun Azerbaijan berjanji untuk menghormati hak-hak etnis Armenia di wilayah tersebut dan memulihkan pasokan setelah blokade selama 10 bulan, banyak penduduk setempat yang takut akan pembalasan dan memutuskan untuk berangkat ke Armenia.
Pihak Pemerintah Armenia mengatakan, lebih dari 6.500 warga Nagorno-Karabakh telah mengungsi ke Armenia pada Senin malam.
Pihak Moskow mengatakan, pasukan penjaga perdamaian Rusia di Nagorno-Karabakh membantu evakuasi.
Sekitar 700 orang masih berada di kamp penjaga perdamaian di sana pada Senin malam.
Puluhan orang mengantri di fasilitas bahan bakar tempat ledakan terjadi karena mereka dijanjikan bahan bakar yang selama ini langka.
Mereka menggunakan bahan bakar itu untuk kendaraan yang membawa mereka pindah ke Armenia.
Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah perundingan putaran kedua antara pejabat Azerbaijan dan perwakilan separatis Senin di kota Khojaly, sebelah utara ibu kota Nagorno-Karabakh.
Putaran pertama telah dilaksanakan minggu lalu.
Kantor kepresidenan Azerbaijan mengatakan, dalam sebuah pernyataan bahwa pembicaraan tersebut diadakan “dalam suasana yang konstruktif” dan diskusi tersebut berfokus pada bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut dan layanan medis.
Dalam pidatonya pada hari Minggu, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, pemerintahnya bekerja sama dengan mitra internasional untuk melindungi hak dan keamanan warga Armenia di Nagorno-Karabakh.
“Jika upaya ini tidak membuahkan hasil yang nyata, pemerintah akan menyambut saudara dan saudari kita dari Nagorno-Karabakh di Republik Armenia dengan segala perhatian,” ujarnya.
Para pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Pashinyan karena dianggap telah gagal melindungi warga Armenia di Nagorno-Karabakh terus memblokir jalan-jalan utama ibu kota Armenia pada hari Senin.
Terkadang kerumunan ini pun bentrok dengan polisi.
Pasukan penjaga perdamaian Rusia telah berada di wilayah tersebut sejak tahun 2020, ketika gencatan senjata yang ditengahi Rusia mengakhiri perang enam minggu antara Azerbaijan dan pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh.
Pashinyan dan banyak orang lainnya di Armenia menuduh pasukan penjaga perdamaian gagal mencegah permusuhan dan melindungi penduduk Armenia.
Moskow menolak tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa pasukannya tidak memiliki dasar hukum untuk melakukan intervensi, terutama setelah pengakuan Pashinyan atas Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan.
“Kami dengan tegas menentang upaya untuk menyalahkan pihak Rusia, terutama pasukan penjaga perdamaian Rusia, yang telah menunjukkan kepahlawanan sejati,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam konferensi pers dengan wartawan.
Dia menolak ketika ditanya apakah pasukan penjaga perdamaian Rusia akan tetap berada di wilayah tersebut, dan mengatakan bahwa “tidak ada yang bisa mengatakan apa pun untuk saat ini.”
Baca Juga: Erodgan Kunjungi Azerbaijan, Ribuan Penduduk Nagorno-Karabakh Mengungsi ke Armenia
Diketahui Nagorno-Karabakh berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia, yang didukung oleh militer Armenia, dalam pertempuran separatis yang berakhir pada tahun 1994.
Selama perang pada tahun 2020, Azerbaijan merebut kembali sebagian Nagorno-Karabakh beserta wilayah sekitarnya yang telah diklaim oleh pasukan Armenia selama konflik sebelumnya.
Pada bulan Desember, Azerbaijan memberlakukan blokade terhadap satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dan Armenia dengan tuduhan bahwa pemerintah Armenia menggunakan jalan tersebut untuk ekstraksi mineral dan pengiriman senjata terlarang ke pasukan separatis di wilayah tersebut.
Armenia menuduh penutupan tersebut mengakibatkan pasokan makanan pokok dan bahan bakar tidak tersedia bagi sekitar 120.000 penduduk Nagorno-Karabakh.
Azerbaijan menolak tuduhan tersebut, dengan alasan wilayah tersebut dapat menerima pasokan melalui kota Aghdam di Azerbaijan – sebuah solusi yang telah lama ditentang oleh otoritas Nagorno-Karabakh, yang menyebutnya sebagai strategi bagi Azerbaijan untuk menguasai wilayah tersebut.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.