Saat itu, bagian Nagorno-Karabakh yang tidak direbut kembali oleh Azerbaijan, tetap berada di bawah kendali otoritas separatis.
Baca Juga: Usai Serbu Nagorno-Karabakh, Azerbaijan Kirim Bantuan ke 120.000 Penduduk yang Kurang Pangan
Pada Desember, Azerbaijan memberlakukan blokade di satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia.
Azerbaijan menuduh pemerintah Armenia menggunakan jalan itu untuk melakukan ekstraksi mineral dan pengiriman senjata ilegal kepada pasukan separatis provinsi tersebut.
Sebaliknya, Armenia menuduh penutupan jalan menghalangi pasokan bagi 120.000 penduduk Nagorno-Karabakh, yang kini dikabarkan sebagian besar akan melakukan eksodus ke Armenia.
Azerbaijan menolak tuduhan itu dan mengatakan wilayah tersebut dapat menerima pasokan melalui kota Aghdam di Azerbaijan. Solusi itu sejak lama ditolak oleh otoritas Nagorno-Karabakh, yang menyebutnya sebagai strategi Azerbaijan untuk menguasai wilayah tersebut.
Pada Selasa (19/9/2023), Azerbaijan melancarkan tembakan artileri berat terhadap pasukan etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, yang langsung meletakkan senjata dan menyerah pada hari berikutnya.
Status akhir Nagorno-Karabakh tetap menjadi pertanyaan terbuka, dan menjadi pusat perbincangan antara kedua belah pihak yang dimulai pada Kamis (21/9/2023) di kota Azerbaijan, Yevlakh.
Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dicapai pekan lalu, pasukan separatis di Nagorno-Karabakh mulai menyerahkan tank, sistem pertahanan udara, dan senjata lainnya kepada tentara Azerbaijan.
Pada Minggu, proses penyerahan senjata masih berlangsung, kata militer Azerbaijan.
Kementerian Dalam Negeri Azerbaijan mengatakan pada Minggu bahwa pasukan Armenia yang sudah tidak bersenjata dan tidak lagi berdinas, akan diizinkan meninggalkan wilayah tersebut dan pergi ke Armenia.
Sumber : Associated Press, The Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.