Sementara, seorang jurnalis yang berhasil meninggalkan Kota Derna, Mabrooka Elmesmary, menggambarkan kota itu telah rata dengan tanah.
“Tidak ada air, tidak ada listrik, tidak ada bensin,” katanya kepada Al Jazeera.
“Kota ini rata dengan tanah.”
Gedung apartemen berisi keluarga-keluarga di dalamnya, tersapu, katanya.
Menurutnya, orang-orang berusaha melarikan diri dari Derna, namun banyak yang terjebak karena akses jalan yang tertutup atau hilang.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) di Libya mengatakan sedikitnya 30.000 orang telah mengungsi dari Derna.
Baca Juga: Pertemuannya dengan Menlu Israel Terbongkar, Menlu Libya Diberhentikan dan Didemo
Dalam unggahannya di X (dulu Twitter), IOM mengatakan 6.085 orang mengungsi di daerah lain yang dilanda badai, termasuk Benghazi, dan jumlah korban tewas belum terverifikasi.
“IOM dan para mitranya segera mengirimkan bantuan non-makanan (NFI), obat-obatan, peralatan pencarian dan penyelamatan serta personel ke daerah yang terkena dampak,” kata badan PBB tersebut.
Seperti diberitakan sebelumnya, badai Mediterania bernama Daniel menyebabkan banjir dahsyat di Libya yang merusak bendungan, melanda seluruh lingkungan, dan menghancurkan rumah-rumah di berbagai kota pesisir di bagian timur negara Afrika Utara tersebut. Jebolnya sebuah bendungan di Derna makin memperparah bencana.
Pada Senin (11/9/2023), sebanyak 2.000 orang diperkirakan tewas. Hingga Rabu (13/9), sebanyak 5.300 jenazaj telah ditemukan. Namun, jumlah korban tewas akibat bencana banjir dan runtuhnya bendungan di Libya diperkirakan terus bertambah.
Sumber : Al Jazeera/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.