Sejak kekerasan meletus lebih dari sepekan yang lalu, penduduk di Ibu Kota Khartoum telah diminta untuk tetap tinggal di dalam, dan persediaan makanan dan air semakin menipis.
Pengeboman telah menghantam infrastruktur utama, seperti pipa air, yang berarti beberapa orang terpaksa minum langsung dari Sungai Nil.
Akan ada harapan gencatan senjata akan memungkinkan warga sipil meninggalkan kota.
Pemerintah asing juga akan berharap itu akan memungkinkan evakuasi ke luar negeri.
Negara-negara asing bergegas untuk mengevakuasi diplomat dan warga sipil mereka saat pertempuran berkecamuk di bagian tengah Ibu Kota yang padat penduduk.
Baca Juga: Mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon Mengadakan Kunjungan Mendadak ke Myanmar Temui Bos Junta Militer
Sudan juga menderita pemadaman internet dengan konektivitas pada 2 persen dari tingkat biasa, kata kelompok pemantau NetBlocks.
Di Khartoum internet mati sejak Minggu (23/4/2023) malam.
Kekerasan pecah pada tanggal 15 Aapril, terutama di Ibu Kota Khartoum, antara faksi-faksi militer yang bersaing untuk menguasai negara terbesar ketiga di Afrika itu.
Itu terjadi setelah berhari-hari ketegangan ketika anggota RSF ditempatkan kembali di seluruh negeri dalam suatu langkah yang dianggap tentara sebagai ancaman.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.