BROVARY, KOMPAS.TV – Kecelakaan maut helikopter yang menewaskan Menteri Dalam Negeri Ukraina Denys Monastyrsky dan belasan lainnya di dekat ibu kota Kiev pada Rabu (18/1/2023), merupakan insiden terbaru dalam serangkaian perkembangan dalam perang selama hampir setahun yang dimulai dengan invasi Rusia.
Kecelakaan itu terjadi empat hari setelah sebuah rudal menghantam sebuah bangunan apartemen di Dnipro di tenggara Ukraina. Serangan itu menewaskan belasan warga sipil, termasuk enam anak. Sejak musim semi, serangan itu merupakan serangan paling mematikan terhadap warga sipil Ukraina.
Pihak berwenang memperingatkan, korban jiwa kecelakaan helikopter itu bisa bertambah.
Baca Juga: Mendagri Ukraina Tewas dalam Kecelakaan Helikotper di Kiev, Korban Jiwa 16 Orang, Termasuk Anak-Anak
Melansir Associated Press, Kamis (19/1/2023), berikut sejumlah fakta terkait kecelakaan helikopter Ukraina.
- Kecelakaan itu menewaskan seluruh 9 orang yang berada di dalam helikopter, termasuk Mendagri Ukraina Monastyrsky dan 4 pejabat kementerian termasuk wakil Monastyrsky, Yevhen Yenin, dan Sekretaris Kemdagri Yurii Lubkovych; seorang pejabat polisi; dan tiga orang awak. Para pejabat itu tengah dalam perjalanan menuju Kharkiv di timur-laut Ukraina.
- Helikopter milik Layanan Darurat Negara itu jatuh menghantam sebuah taman kanak-kanak (TK) di Brovary di pinggiran Kiev. Seorang anak di darat juga tewas, dan sedikitnya 25 orang terluka, termasuk 11 anak.
- Monastyrsky merupakan pejabat paling senior yang tewas sejak Rusia menginvasi hampir 11 bulan lalu. Menurut analis politik Volodymyr Fesenko, ia berwenang atas kebijakan dan layanan darurat yang berhubungan dengan konsekuensi atas serangan Rusia.
Baca Juga: Mendagri Ukraina dan Anak Kecil Tewas dalam Kecelakaan Helikopter, Zelenskyy dan Ibu Negara Berduka
- Helikopter nahas itu merupakan Super Puma buatan Prancis, menurut juru bicara angkatan udara Ukraina, Yurii Ihnat. Helikopter itu dijual ke Ukraina pada 2019, namun bukan bagian dari perlengkapan bantuan perang Prancis sejak Rusia menyerang Ukraina pada 24 Februari tahun lalu.
- Para pejabat senior Ukraina secara rutin terbang menggunakan helikopter dengan ketinggian rendah dan kecepatan tinggi selama perang, hingga meningkatkan risiko bahaya.
- Masih belum jelas apakah kecelakaan helikopter itu murni kecelakaan atau terkait perang Rusia-Ukraina. Kecelakaan terjadi di pagi berkabut, dan pertempuran di wilayah ibu kota dilaporkan belum dimulai. Pihak berwenang Ukraina sendiri segera meluncurkan penyelidikan terkait insiden itu.
- Menurut Fesenko, tragedi itu kemungkinan besar membuat Kiev segera menerapkan aturan yang diterapkan banyak negara dan perusahaan: tak boleh lebih dari satu pejabat penting bepergian dalam satu pesawat.