SEOUL, KOMPAS.TV — Korea Utara menambah rentetan demonstrasi senjata, Sabtu (5/11/2022), dengan meluncurkan empat rudal balistik ke laut saat Amerika Serikat (AS) mengirim dua pengebom strategis B-1B yang melesat di atas Korea Selatan, dalam tampilan duel saling gertak kekuatan militer yang menggarisbawahi meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.
Melansir Associated Press, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan empat rudal jarak pendek yang ditembakkan dari pantai barat sekitar tengah hari terbang sekitar 130 kilometer menuju laut barat negara itu.
Korea Utara menguji coba lebih dari 30 rudal minggu ini, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) pada hari Kamis yang memicu peringatan evakuasi di Jepang utara, dan menerbangkan sejumlah besar pesawat tempur di dalam wilayahnya sebagai reaksi marah terhadap latihan udara gabungan besar-besaran antara AS dan Korea Selatan.
Militer Korea Selatan mengatakan, dua pengebom B-1B melakukan latihan tempur dengan empat jet tempur F-16 AS dan empat jet F-35 Korea Selatan selama hari terakhir latihan angkatan udara gabungan "Vigilant Storm" yang berakhir hari Sabtu.
Ini menandai pertama kalinya sejak Desember 2017 bahwa pengebom strategis dikerahkan ke Semenanjung Korea. Latihan tersebut melibatkan sekitar 240 pesawat tempur, termasuk jet tempur canggih F-35 dari kedua negara.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Jumat malam menggambarkan tindakan militer negara itu minggu ini sebagai tanggapan yang tepat terhadap latihan itu, yang disebutnya sebagai "histeria konfrontasi militer" AS.
Dikatakan Korea Utara akan menanggapi dengan "tanggapan terberat" terhadap setiap upaya oleh "pasukan musuh" untuk melanggar kedaulatan atau kepentingan keamanannya.
Baca Juga: Korea Utara Layangkan Ancaman Nuklir, AS Jawab dengan Pamer Kekuatan Pesawat Pengebom Supersonik
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan partisipasi B-1B dalam latihan bersama menunjukkan kesiapan sekutu untuk "menanggapi tegas" provokasi Korea Utara dan komitmen AS untuk membela sekutunya dengan berbagai kemampuan militernya, termasuk nuklir.
Melintasnya B-1B menjadi pertunjukan kekuatan yang akrab selama periode ketegangan terakhir dengan Korea Utara. Pesawat-pesawat itu terakhir kali muncul di wilayah tersebut pada tahun 2017, selama demonstrasi provokatif lainnya dalam demonstrasi senjata Korea Utara.
Tetapi keterlibatan B-1B dihentikan beberapa tahun terakhir karena AS dan Korea Selatan menghentikan latihan skala besar mereka untuk mendukung upaya diplomatik mantan pemerintahan Trump dengan Korea Utara dan karena pandemi Covid-19.
Sekutu melanjutkan pelatihan skala besar mereka tahun ini setelah Korea Utara meningkatkan pengujian senjatanya dengan kecepatan paling tinggi, memanfaatkan perpecahan di Dewan Keamanan PBB atas perang Rusia di Ukraina sebagai jendela untuk mempercepat pengembangan senjata.
Korea Utara membenci pertunjukan kekuatan militer AS seperti itu dari jarak dekat dan terus menggambarkan B-1B sebagai "pengebom strategis nuklir" meskipun pesawat itu dialihkan ke persenjataan konvensional pada pertengahan 1990-an.
Vigilant Storm awalnya dijadwalkan berakhir Jumat, tetapi sekutu memutuskan untuk memperpanjang pelatihan hingga hari Sabtu. Ini merupakan tanggapan atas serangkaian peluncuran balistik Korea Utara pada hari Kamis, termasuk ICBM yang memicu peringatan evakuasi dan menghentikan kereta di Jepang utara.
Peluncuran pada Kamis terjadi setelah Korea Utara menembakkan lebih dari 20 rudal pada hari Rabu, paling banyak dalam satu hari. Peluncuran itu dilakukan setelah pejabat senior militer Korea Utara Pak Jong Chon mengeluarkan ancaman terselubung dari konflik nuklir dengan AS dan Korea Selatan atas latihan bersama mereka, yang menurut Korea Utara adalah latihan untuk kemungkinan invasi.
Korea Selatan juga pada hari Jumat menerbangkan sekitar 80 pesawat militer termasuk jet tempur setelah melacak sekitar 180 penerbangan oleh pesawat tempur Korea Utara di dalam wilayah Korea Utara.
Baca Juga: Ngeri, Korea Utara Kirim 180 Jet Tempur usai Tembak 30 Rudal, Dihadang 80 Jet Tempur Korea Selatan
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, pesawat-pesawat tempur Korea Utara terdeteksi di berbagai daerah pedalaman dan di sepanjang pantai timur dan barat negara itu, tetapi tidak terlalu dekat dengan perbatasan Korea.
Militer Korea Selatan melihat sekitar 180 jalur penerbangan mulai pukul 1 siang hingga pukul 5 sore, tetapi tidak segera jelas berapa banyak pesawat Korea Utara yang terlibat dan apakah beberapa mungkin telah terbang lebih dari sekali.
Dalam pernyataan hari Jumat, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan AS dan Korea Selatan menciptakan "atmosfer tidak stabil" yang serius di kawasan itu dengan latihan militer mereka.
Korea Utara menuduh AS memobilisasi sekutunya dalam kampanye menggunakan sanksi dan ancaman militer untuk menekan Korea Utara agar melucuti senjata secara sepihak.
"Provokasi berkelanjutan pasti akan diikuti oleh tindakan balasan yang berkelanjutan," kata pernyataan itu.
Korea Utara meluncurkan puluhan rudal balistik tahun ini, termasuk beberapa ICBM dan rudal jarak menengah yang diterbangkan di atas Jepang.
Pejabat Korea Selatan mengatakan ada indikasi Korea Utara dalam beberapa minggu mendatang dapat meledakkan perangkat uji coba nuklir pertamanya sejak 2017.
Para ahli mengatakan Korea Utara berusaha memaksa AS untuk menerimanya sebagai kekuatan nuklir dan berusaha untuk menegosiasikan konsesi ekonomi dan keamanan dari posisi yang kuat.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.