WASHINGTON, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan AS Janet Yellen hari Rabu, (13/10/2022) mengatakan ekonomi global menghadapi "hambatan signifikan" dan Amerika Serikat berupaya menopang rantai pasokannya serta menjaga dari "paksaan geopolitik" oleh Rusia, China, dan lainnya seperti laporan Straits Times, Kamis, (13/10/2022).
Yellen mengatakan pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Komite Bretton Woods, sebuah kelompok pendorong, bahwa Washington sedang bekerja untuk memperdalam integrasi dengan Uni Eropa dan negara-negara Indo-Pasifik, termasuk banyak pasar negara berkembang, sementara lebih banyak redundansi terjadi dalam rantai pasokannya.
“Kami tahu ongkos dari upaya Rusia mempersenjatai ekonomi sebagai alat pemaksaan geopolitik, dan kami juga harus mengurangi kerentanan serupa dari negara-negara seperti China,” kata Yellen.
Yellen juga menggarisbawahi tekad Washington untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas serangannya ke Ukraina dan blokade pengiriman energi dan makanan dari negara tersebut.
Yellen dan pejabat pemerintahan Biden lainnya juga blak-blakan tentang perlunya mengurangi ketergantungan pada rantai pasokan China dan melawan apa yang bagi Amerika Serikat adalah perilaku buruk Beijing dalam ekonomi global.
Dia mengatakan Washington sedang bekerja untuk mengurangi "ketergantungan ekstrim" perusahaan AS pada semikonduktor dari Taiwan dan teknologi lainnya, termasuk panel surya atau komponen penting untuk baterai kendaraan listrik buatan China dan beberapa negara lain.
"Menjalin pertemanan tidak dimaksudkan hanya segelintir negara, tidak dimaksudkan untuk menjadi proteksionisme. Ini adalah sesuatu yang dimaksudkan untuk (mendapatkan) keragaman... tetapi tetap mendapatkan manfaat dari perdagangan," kata Yellen.
Baca Juga: Biden Kini Janjikan Konsekuensi Bagi Arab Saudi Karena Opec Plus Abaikan Permintaan AS
Perwakilan Dagang AS Katherine Tai bulan lalu juga menyuarakan keprihatinan tentang "kebijakan dan praktik ekonomi non-pasar dan pemaksaan ekonomi" China selama pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Inggris untuk Perdagangan Internasional Kemi Badenoch yang baru.
Sebelumnya dua hari lalu, Presiden AS Joe Biden dalam wawancara dengan CNN mengancam akan ada konsekuensi bilateral dengan Arab Saudi karena kerajaan itu dianggap tidak menuruti permintaan Amerika Serikat agar OPEC+ menunda satu bulan pemangkasan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari dari tingkat produksi sebelumnya.
Arab Saudi seperti laporan Bloomberg, Kamis, (13/10/2022) kontan menolak ancaman Amerika Serikat dengan mengatakan, keputusan OPEC+ melayani kepentingan konsumen dan produsen.
Keputusan OPEC+, tegas Arab Saudi, diadopsi melalui konsensus, mempertimbangkan keseimbangan penawaran dan permintaan, dan bertujuan untuk membatasi volatilitas pasar, Kementerian Luar Negeri Saudi mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, (13/10/2022) seperti laporan Bloomberg.
"Kerajaan menekankan bahwa sementara berusaha untuk menjaga kekuatan hubungannya dengan semua negara sahabat, Kerajaan Arab Saudi menegaskan penolakan terhadap setiap perintah, dikte, tindakan, atau upaya mendistorsi tujuan mulia untuk melindungi ekonomi global dari volatilitas pasar minyak," kementerian dikatakan.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/CNN/Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.