NAYPYIDAW, KOMPAS.TV - Sejumlah tentara Myanmar membuat pengakuan mengejutkan dengan mengakui telah membunuh, menyiksa dan memperkosa warga sipil.
Untuk pertama kalinya, sejumlah tentara Myanmar memberikan laporan rinci tentang pelanggaran hak asasi manusia, yang mereka katakan sebagai perintah untuk dilakukan.
Salah satu tentara yang mengakui hal tersebut adalah Maung Oo, yang merupakan bagian dari batalion yang membunuh rakyat sipil yang sembunyi di kuil pada Mei 2022.
“Mereka memerintahkan kami untuk menyiksa, menjarah dan membunuh rakyat sipil,” katanya dalam wawancara eksklusif dengan BBC, Kamis (21/7/2022).
Baca Juga: Indonesia Desak Junta Militer Myanmar Beri Akses Utusan Khusus ASEAN Bertemu Suu Kyi
“Kami diperintahkan untuk membariskan para pria dan menembaki mereka,” ujarnya.
Ia pun merasa begitu sedih ketika harus membunuh orang tua dan perempuan.
Pengakuan tersebut diungkapkan oleh enam tentara Myanmar, termasuk seorang kopral, serta beberada dari korbannya dalam memberikan wawasan langka tentang militer Myanmar yang berusaha mempertahankan kekuasaan.
Semua nama Myanmar dalam laporan itu telah diubah untuk melindungi identitas mereka.
Para prajurit itu, yang baru saja membelot, saat ini berada dalam perlindungan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), unit lokal kelompok milisi yang berjuang mengembalikan demokrasi.
Militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis pada kudeta tahun lalu.
Saat ini mereka tengah mencoba menghancurkan pemberontakan sipil bersenjata.
Pada 20 Desember lalu, tiga helikopter mengelilingi Desa Yae Myet di Myanmar tengah, menurunkan tentara yang melepaskan tembakan.
Lima saksi mata mengungkapkan bagaimana tentara memasuki desa dan tiga kelompok berbeda, menembaki pria, perempuan dan anak-anak.
Kopral Aung yang terlibat dalam penembakan mengungkapkan apa yang terjadi.
Baca Juga: Heboh Korea Selatan Kembalikan Nelayan Korea Utara yang Membelot, Warga Rezim Kim Jong-Un Mengamuk
“Perintahnya adalah menembak apa saja yang terlihat,” ujarnya dari lokasi terpencil di hutan Myanmar.
Ia mengatakan sejumlah orang bersembunyi di tempat yang mereka kira adalah tempat yang aman.
“Namun saat tentara mendekat, mereka mulai kabur dan kami menembaki mereka,” kata Kopral Aung.
Kopral Aung mengakui unitnya telah menembak dan menguburkan lima orang.
“Kami juga diperintahkan membakar semua rumah di desa,” ucapnya.
Tentara lainnya, Thiha mengungkapkan apa yang telah dilakukannya di desa tersebut.
Ia bergabung dengan militer hanya lima bulan sebelum penyerbuan tersebut.
Thiha mengaku mengingat kejadian apa yang terjadi di rumah yang terbakar.
Ia melihat seorang gadis terperangkap di balik jeruji besi di sebuah rumah yang ia bakar.
“Saya tak bisa lupa teriakannya. Saya masih bisa mendengarnya di kuping, dan mengingatnya dalam hati saya,” ujarnya.
Saat ia mengatakan adanya seorang gadis di rumah yang terbakar ke kaptennya, ia malah dibalas untuk membunuh semua orang yang dilihat.
Thiha pun langsung menembakkan flare ke ruangan tersebut.
Baca Juga: Indonesia Nyatakan Masuknya Timor Leste ke ASEAN adalah Prioritas
BBC pun berhasil menemui keluarga gadis itu, yang mengatakan gadis itu memiliki masalah kejiwaan dan ditinggal di rumah saat orang tuanya pergi di rumah.
Thiha juga mengungkapkan tentang sejumlah perempuan yang mereka tangkap di Yae Myet, yang kemudian diperkosa oleh tentara Myanmar.
“Ketika menangkap wanita muda, mereka akan mengatakan ini karena kalian mendukung PDF, dan kemudian memperkosa gadis itu,” ujarnya.
Setidaknya 10 orang dilaporkan tewas pada aksi kekerasan di Yae Myet dan delapan gadis telah diperkosa pada tiga hari itu.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.