Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Tersinggung Tudingan Ukraina, Komite Internasional Palang Merah Bantah Deportasi Warga ke Rusia

Kompas.tv - 27 Maret 2022, 18:52 WIB
tersinggung-tudingan-ukraina-komite-internasional-palang-merah-bantah-deportasi-warga-ke-rusia
Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Peter Maurer, kiri, dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengadakan pembicaraan di Moskow, Rusia, Kamis, 24 Maret 2022. (Sumber: ICRC)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

KIEV, KOMPAS.TV - Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Minggu (27/3/2022), dengan tegas menolak tuduhan Ukraina bahwa mereka membuka kantor di kota Rostov-on-Don, Rusia dan memfasilitasi deportasi warga Ukraina ke Rusia.

Seperti dilaporkan CNN, Minggu, ICRC yang tidak pernah berupaya tampil mencolok, kali ini mengeluarkan pernyataan menyusul apa yang disebutnya "informasi palsu yang beredar secara online" yang menyebutkan ICRC membantu Rusia memindahkan puluhan ribu orang ke luar negeri secara paksa.

“Kami tidak pernah membantu mengatur atau melakukan evakuasi paksa. Ini benar di Ukraina. Ini berlaku untuk di mana pun kami bekerja di seluruh dunia. Kami tidak akan mendukung operasi apa pun yang bertentangan dengan keinginan manusia," cuit ICRC di Twitter.

Jumat (25/3/2022), Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk menuduh Kepala ICRC Peter Maurer mengambil "keputusan yang sangat dipertanyakan" karena membuka kantor di Rostov, Rusia, yang terletak sekitar 60 kilometer dari perbatasan dengan Ukraina.

Vereshchuk menuding, kantor semacam itu “melegitimasi” tindakan deportasi oleh Rusia.

Baca Juga: Ukraina Minta Komite Palang Merah Internasional ICRC Pulangkan Jenazah Tentara Rusia

Dalam pernyataannya, ICRC mengatakan tidak punya kantor di Rostov, tetapi mereka, “meningkatkan pengaturan regional agar mampu menyediakan kebutuhan saat dibutuhkan. Prioritas kami (ICRC) adalah memastikan pasokan bantuan yang bisa menyelamatkan jiwa manusia secara berkesinambungan dan bisa menjangkau warga, di mana pun mereka berada.”

Pada Sabtu (26/3/2022), Vereshchuk menuduh Rusia menciptakan "realitas kemanusiaan alternatif" dengan mendeportasi paksa 40.000 orang dari bagian Ukraina yang diduduki Rusia.

Pekan lalu, seorang pejabat senior Rusia mengatakan, lebih dari 62.000 orang dievakuasi dari Mariupol untuk melindungi mereka dari apa yang Rusia sebut sebagai "para bandit" yang saat ini berupaya mempertahankan Mariupol agar terus berada di tangan Ukraina.

Pejabat regional Ukraina juga menuduh pasukan Rusia menghentikan dan menahan konvoi bus yang mencoba mengevakuasi warga sipil ke wilayah yang diduduki Ukraina, menyebutnya sebagai upaya menekan untuk memaksa warga mengungsi ke Rusia.



Sumber : Kompas TV/CNN



BERITA LAINNYA



Close Ads x