OUAGADOUGOU, KOMPAS.TV — Serangan ekstremis di pos polisi di Burkina Faso menewaskan sedikitnya 19 petugas dan satu warga sipil, Minggu (14/11/2021).
“Serangan itu terjadi di kota Inata di provinsi Soum, dekat perbatasan Burkina Faso dengan Mali”, kata Menteri Keamanan Maxime Kone yang disiarkan televisi pemerintah.
“Pos polisi itu menghadapi serangan pengecut dan biadab. Pasukan kami yang bermartabat dan penuh pengabdian telah mempertahankan posisi mereka selama pertempuran," katanya seperti dikutip dari The Associated Press.
Baca Juga: 47 Orang Terbantai dalam Serangan Kelompok Bersenjata Garis Keras di Burkina Faso
Kone mengatakan kepada The Associated Press melalui pesan teks bahwa jumlah korban tewas itu masih sementara dan kemungkinan masih akan meningkat.
Serangan itu adalah yang terbaru dari serangkaian insiden kekerasan di negara yang dilanda konflik dan telah dikuasai oleh kelompok-kelompok jihad yang terkait dengan al-Qaida dan ISIS selama lebih dari lima tahun. Kekerasan oleh kelompok-kelompok tersebut telah menewaskan ribuan orang dan membuat lebih dari 1,4 juta orang mengungsi.
Di provinsi Soum, yang merupakan salah satu episentrum kekerasan, telah terjadi peningkatan pertempuran dalam beberapa pekan terakhir setelah berbulan-bulan relatif tenang. Hal ini terjadi karena negosiasi antara dinas keamanan nasional dan beberapa kelompok jihad seputar pemilihan presiden tahun lalu.
“Serangan terakhir merupakan pukulan keras bagi negara ini, karena detasemen polisi di Inata adalah satu-satunya yang bertahan selama dua tahun terakhir, sementara pasukan di pangkalan-pangkalan di sekitarnya mundur ketika serangan meningkat,” kata Heni Nsaibia, peneliti senior di Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata.
Menurut laporan internal militer yang beredar luas dari 12 November, detasemen di Inata telah kehabisan pasokan selama dua minggu terakhir dan hampir kelaparan. Mereka bertahan hidup dengan membunuh hewan di sekitar pangkalan.
Baca Juga: PBB Mengutuk Serangan Kelompok Bersenjata Burkina Faso yang Tewaskan 160 Orang
Pasukan keamanan yang tidak lengkap dan kurang terlatih di Burkina Faso berjuang untuk membendung kekerasan. Pekan lalu di provinsi Seno Sahel, kamp pengungsi Goudoubou, yang menampung sekitar 13.000 orang Mali, terpaksa ditutup setelah terjadinya serangkaian pelanggaran keamanan.
Sebuah dokumen internal PBB yang membahas situasi keamanan di Sahel mengatakan bahwa meskipun upaya terbaik telah dilakukan oleh pasukan keamanan, namun mereka belum dapat mengamankan daerah tersebut dan tidak dapat bergerak maju.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.