BEIJING, KOMPAS.TV - Seorang mantan polisi China mengungkapkan penyiksaan brutal yang dilakukannya terhadap tahanan di Provinsi Xinjiang.
Mantan petugas yang hanya diketahui bernama Jiang, mengungkapkan dirinya adalah bagian dari kebijakan “Pembangunan Xinjiang” tiga tahun lalu.
Ia pun bekerja di kamp pendidikan ulang di mana minoritas muslim Uighur ditahan.
Pria 39 tahun itu melarikan diri dari China pada akhir tahun lalu, dan kini berada di negara Uni Eropa (UE) untuk mencari suaka.
Baca Juga: Nenek 72 Tahun Selundupkan Kokain Rp19 Miliar di Kapal Pesiar, Meninggal Mengenaskan di Penjara
Jiang pun menjadi pelapor pertama dari pihak keamanan China yang mengonfirmasikan laporan adanya penyiksaan di kamp pendidikan ulang Xinjiang.
Berbicara secara eksklusif kepada Daily Mail dikutip dari Daily Star, ia membicarakan bagaimana dirinya telah menyiksa korbannya dan yang paling muda berusia 14 tahun.
Ia mengatakan melakukannya untuk mencari tahu apakah mereka memiliki kecenderungan melakukan subversi, sebelum mengirim mereka bergabung dengan dua juta orang lainnya di kamp penahanan China.
“Akan ada tiga petugas di sebuah ruangan yang menendang dan meninju orang, menggunakan cambuk ke punggung mereka,” katanya.
“Mereka menggunakan ikat pinggang, yang merupakan metode paling kejam. Orang tidak bisa bertahan lama dan akhirnya dipukuli sampai mati,” tambahnya.
Jiang juga mengungkapkan para tahanan tak diperbolehkan untuk tidur hingga beberapa hari.
“Kadang cara termudah adalah yang terburuk dan paling efektif. Setelahnya, mereka akan dibawa ke rumah sakit untuk dipulihkan kembali,” tuturnya.
Baca Juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar Marah Tak Diundang dalam KTT ASEAN, Tegaskan Keberatannya
Ia juga mengatakan bagaimana dirinya dilatih untuk menemukan suku Uighur ketika dipindahkan ke wilayah tersebut.
Jiang mengungkapkan pasukan keamanan, memonitor telepon menggunakan sistem kamera pengenal wajah untuk membuat populasi tetap di bawah kontrol mereka.
Mereka juga akan menangkap siapa pun yang mereka inginkan untuk disiksa.
Menurut Jiang, polisi memiliki banyak alat untuk memberikan rasa sakit maksimal bagi para tahanan.
Tongkat, rantai dan tongkat listrik biasa digunakan untuk menciptakan trauma benda tumpul, sedangkan kantong plastik dan air digunakan untuk mencekik.
“Anda akan meletakkan kawat di antara dua ujung dan diletakkan di antara alat kelamin mereka untuk disetrum,” ujarnya.
Ia juga mengatakan penyiksaan untuk tahanan pria dan perempuan berbeda.
Baca Juga: Perempuan Diperkosa di Kereta Penuh Penumpang, Tak Ada yang Menolong
Saat diinterogasi mereka akan diborgol, dan tangan mereka berulang kali dipukulkan ke meja.
“Setelah dua atau tiga menit, mereka akan menangis karena sangat menyakitkan,” kata Jiang.
Jiang pun mengungkapkan banyak dari rekan-rekannya terlihat menikmati penyiksaan tersebut.
Ia pun menggambarkan mereka memiliki psikologi yang tak normal dan merasa penyiksaan tersebut menyenangkan.
Sumber : Daily Star
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.