Diplomat top Biden, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, mampu memberikan kata-kata sedikit lebih keras untuk Taliban.
"Setiap legitimasi dan dukungan apa pun harus diraih dengan jerih payah (oleh Taliban)," kata Blinken, saat mengumumkan Amerika Serikat menangguhkan misi diplomatiknya di Kabul dan mengalihkan operasinya ke Qatar.
Di Kabul, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan Afghanistan kini "mendapatkan kemerdekaan penuh" dengan penarikan pasukan Amerika Serikat dari negeri itu.
Anas Haqqani, seorang pejabat senior Taliban, mengatakan dia "bangga" menyaksikan "momen bersejarah ini".
Koresponden AFP seperti dikutip France24 mendengar rentetan tembakan ke udara di beberapa pos pemeriksaan Taliban, serta sorak-sorai gerilyawan Taliban yang berjaga di pos keamanan di Zona Hijau.
Baca Juga: Taliban Lepaskan Tembakan, Rayakan Penarikan Pasukan AS
Semua mata sekarang akan melihat bagaimana otoritas tunggal Taliban menangani beberapa hari pertama, dimana dunia internasional menyorot tajam kebijakan tentang apakah Taliban akan mengizinkan orang asing dan warga Afghanistan lainnya meninggalkan negara itu.
Blinken mengatakan sejumlah kecil warga Amerika Serikat tetap berada di Afghanistan - "di bawah 200 orang" tetapi kemungkinan hanya mendekati 100 orang yang ingin keluar dari sana.
Ribuan warga Afghanistan lainnya yang bekerja dengan pemerintah yang didukung Amerka Serikat juga ingin keluar karena takut akan tindak balas dendam dari Taliban .
Sekutu Barat menyuarakan kesedihan dalam beberapa hari terakhir bahwa tidak semua warga Afghanistan yang ingin keluar bisa mendapatkan penerbangan evakuasi.
Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi pada hari Senin, yang mengharuskan Taliban untuk menghormati komitmen untuk membiarkan orang bebas meninggalkan Afghanistan di hari-hari mendatang, dan untuk memberikan akses ke PBB dan lembaga bantuan lainnya.
Tetapi mereka tidak setuju untuk menyerukan penciptaan "zona aman" di Kabul, seperti yang direncanakan oleh Presiden Prancis Emmanual Macron.
Pembicaraan sedang berlangsung mengenai siapa yang sekarang akan menjalankan bandara Kabul.
Taliban telah meminta Turki untuk menangani logistik sementara mereka mempertahankan kendali keamanan, tetapi Presiden Recep Tayyip Erdogan belum menerima tawaran itu.
Belum jelas maskapai mana yang akan setuju untuk terbang masuk dan keluar dari Kabul.
Kelompok Negara Islam Khorasan menjadi ancaman terbesar bagi penarikan pasukan dan evakuasi warga sipil setelah melakukan bom bunuh diri yang menghancurkan di luar bandara pekan lalu.
Pada hari Senin, mereka juga mengklaim telah menembakkan enam roket ke bandara. Seorang pejabat Taliban mengatakan serangan itu dicegat oleh sistem pertahanan rudal bandara milik Amerika Serikat.
Sumber : Kompas TV/Associated Press/France24
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.