KABUL, KOMPAS.TV – Jumlah korban tewas ledakan bom di dekat sebuah sekolah perempuan di ibukota Afghanistan meningkat menjadi 50 orang. Kebanyakan korban adalah para murid yang berusia antara 11 hingga 15 tahun. Sementara, The Associated Press melaporkan pada Minggu (09/05/2021), jumlah korban luka juga meningkat hingga lebih dari 100 orang. Jumlah korban tewas dan luka diperkirakan masih terus akan bertambah.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Tariq Arian menyatakan, tiga buah ledakan terjadi di dekat pintu gerbang sekolah saat para murid hendak pulang sekolah pada Sabtu (08/05/2021). Ledakan-ledakan tersebut terjadi di kawasan pemukiman Syiah di barat Kabul.
Taliban membantah bertanggung jawab atas ledakan bom tersebut dan mengutuk serangan tersebut.
Menurut Arian, ledakan pertama berasal dari sebuah kendaraaan bermuatan bahan peledak, yang disusul oleh dua ledakan lain.
Baca Juga: 30 Orang Tewas pada Serangan Bom di Sekolah Perempuan di Kabul, Afghanistan
Di negeri yang telah lama dilanda peperangan itu, serangan pada Sabtu kemarin merupakan salah satu serangan terburuk. Kritik yang beredar menyebut kurangnya keamanan dan bertambahnya kekhawatiran seiring penarikan tahap akhir tentara Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dari Afghanistan.
Ambulans terlihat hilir mudik mengevakuasi mereka yang terluka dan masih hidup sementara sanak saudara terlihat berteriak kepada aparat keamanan di dekat lokasi serangan bom.
Serangan itu terjadi di Sekolah Syed al-Shahda di wilayah Dasht- e-Barchi.Serangan bom itu diyakini memang bermaksud memakan korban sipil sebanyak-banyaknya, sehingga membuat kekhawatiran makin memuncak di kalangan rakyat negeri yang sudah terlalu lama berperang itu.
Baca Juga: 30 Orang Tewas Terbunuh saat Bom Mobil di Afghanistan Meledak, di Antaranya Pelajar
Di wilayah Dasht-e-Barchi, warga yang marah menyerang ambulan dan memukuli petugas kesehatan saat berupaya mengevakuasi mereka yang terluka, kata juru bicara kementerian kesehatan, Ghulam Dastigar Nazari.
Dia meminta warga untuk bekerja sama dan membiarkan ambulan mendapat akses penuh ke lokasi serangan bom.
Foto-foto yang beredar di sosial media menunjukkan tas sekolah anak-anak yang penuh berlumurah darah serta buku-buku pelajaran anak sekolah yang hancur berserakan di jalanan depan sekolah, sementara asap membumbung diatas kawasan tersebut.
Baca Juga: Viral Video Perempuan Memohon Ampun Saat Dihukum Cambuk Taliban di Afghanistan
Salah seorang murid yang berhasil selamat menyatakan, saat ledakan terjadi, murid-murid perempuan berteriak ketakutan. Banyak ceceran darah di lokasi kejadian.
“Saya sedang berjalan bersama teman sekelas saya, kami hendak pulang sekolah saat ledakan itu terjadi,” kenang Zahra (15), yang tangannya patah akibat terkena pecahan bahan peledak.
“Sepuluh menit kemudian, ada lagi ledakan lain. Dan beberapa menit kemudian, ada lagi ledakan lainnya,” ujarnya. “Semua orang berteriak ketakutan. Ada darah di mana-mana, dan saya tidak dapat melihat dengan jelas.” Teman sekelas Zahra yang berjalan bersisian dengannya saat ledakan terjadi, tewas.
Sejauh ini belum ada yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan bom terhadap anak-anak itu, sementara juru bicara kelompok Taliban Afghanistan, Zabihullah Mujahid kepada wartawan mengatakan, hanya kelompok negara Islam ISIS yang mampu melakukan kejahatan sekeji itu.
Baca Juga: Kastaf Gabungan AS: Militer Afghanistan Berpeluang Kepayahan Melawan Taliban Sepeninggal Pasukan AS
Serangan itu terjadi beberapa hari setelah 2.500 hingga 3.500 tentara Amerika yang tersisa secara resmi mulai meninggalkan negara itu.
Mereka akan keluar paling lambat 11 September. Penarikan itu dilakukan di tengah kebangkitan kembali Taliban, yang menguasai lebih dari separuh Afghanistan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.