Kompas TV internasional kompas dunia

Roket China Seberat 18 Ton akan Jatuh Tak Terkendali ke Bumi, Diperkirakan Minggu Dini Hari Nanti

Kompas.tv - 8 Mei 2021, 18:08 WIB
roket-china-seberat-18-ton-akan-jatuh-tak-terkendali-ke-bumi-diperkirakan-minggu-dini-hari-nanti
Roket Long March 5B yang membawa modul untuk stasiun luar angkasa China. Puing-puing roket ini sedang jatuh ke bumi tak terkendali. (Sumber: Guo Wenbin/Xinhua via AP)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Eddward S Kennedy

BEIJING, KOMPAS.TV - Reruntuhan roket China bernama Long March 5B sedang jatuh tak terkendali ke bumi. Puing ini akan sampai di permukaan bumi pada Minggu (9/5/2021).

Melansir BBC, roket ini adalah bagian dari alat pengangkut modul pertama bagian dari stasiun luar angkasa China yang baru. Pemerintah China meluncurkan roket itu 29 April 2021 silam.

Roket itu diluncurkan hingga mencapai orbit sejauh 160 kilometer hingga 375 kilometer di atas permukaan bumi.

Baca Juga: Pemimpin Iran Sebut Israel sebagai Markas Teroris, Bukan Sebuah Negara

Puing roket itu memiliki berat 18 ton. Ini menjadikannya salah satu benda terbesar yang digunakan untuk mengangkasa dalam 10 tahun terakhir.

Sebagian besar benda raksasa itu akan terbakar saat jatuh melewati atmosfer. Akan tetapi, ada kemungkinan puing roket yang terbuat dari material dan logam tertentu dapat bertahan hingga tiba di permukaan bumi.

Berbagai ahli pemodelan puing-puing ruang angkasa memperkirakan benda ini akan tiba di bumi sekitar pukul 04.00 dini hari WIB hingga 14.00 WIB, Minggu (9/5/2021). Namun, proyeksi seperti itu selalu sangat tidak pasti.

“Kami tidak dapat benar-benar mengatakan dengan tepat kapan itu akan terjadi,” ujar Nicolas Bobrinsky, Kepala Teknik dan Inovasi European Space Agency (ESA), dilansir dari Kompas.com.

Hal ini mengingat ketinggian orbit roket dan sifat unik tingkatan atmosfer yang lebih rendah.

“Bahkan satu jam sebelum benturan, tingkat ketidakpastian akan tinggi," imbuh Bobrinsky.

Baca Juga: Warga Sekarat Karena Covid-19, PM India Modi Malah Teruskan Renovasi Parlemen Senilai Rp25 Triliun

Tak cuma itu, para pakar dan lembaga antariksa seluruh dunia juga tidak mengetahui di mana puing roket itu akan mendarat.

“Pendaratan kembali bisa terjadi di utara hingga sejauh Chicago, New York, Roma, dan Beijing atau ke selatan hingga Selandia Baru dan Chile,” tulis Aerospace.org.

Melansir ABC News, biasanya roket jatuh ke bumi dengan cara terkontrol dan mendarat di samudera. Namun, tak jelas mengapa roket ini jatuh tak terkendali.

"Saya mendengar spekulasi bahwa mereka (China) bermaksud untuk mengendalikannya dan sesuatu rusak. Banyak masalah terjadi di luar angkasa," ujar Ted Muelhaupt, Direktur Utama Aerospace's Center for Orbital Reentry and Debris Studies, dilansir dari ABC News.

Jonathan McDowell dari Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian mengkritik China atas kejadian ini.

Baca Juga: Bentrokan Polisi Israel dan Jemaah Salat Tarawih di Masjid Al-Aqsa, 178 Warga Palestina Terluka

“Ini memang dilihat sebagai kelalaian. Ini adalah peluncuran kedua roket ini; puing-puing di Pantai Gading tahun lalu berasal dari peluncuran sebelumnya, yaitu roket yang pada dasarnya identik,” kata McDowell, dilansir dari BBC.

"Dua insiden ini [yang sekarang dan Pantai Gading] adalah dua objek terbesar yang sengaja dibiarkan masuk kembali ke bumi tanpa terkendali sejak Skylab pada 1979," imbuhnya.

Pada 1979 bagian dari stasiun luar angkasa Amerika Serikat jatuh ke Australia bagian barat hingga menarik perhatian seluruh dunia.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x