JAKARTA, KOMPAS.TV - Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang percetakan, Balai Pustaka, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawannya.
Hal itu dibenarkan oleh Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero) Achmad Fachrodji.
"Kemarin untuk mengurangi karyawan yang terkait percetakan, kan harus dikurangi, itu (pembayaran gaji karyawan) dibantu Danareksa," ujar Fachrodji di Jakarta, Rabu (24/7/2024), dikutip dari Antara.
Balai Pusataka disebut melakukan PHK 50 persen karyawannya atau sekira 60-an orang.
Achmad mengatakan, ia tetap optimistis kinerja perusahaannya akan terus melejit setelah menjadi anggota dalam Holding Danareksa.
"Oleh karena itu, saya tidak khawatir, Balai Pustaka akan terus melejit dan terus naik," lanjutnya.
Baca Juga: Jadi Mitra Bank Pertama, Pemegang Golden Visa Bisa Buka Rekening via Livin
Fachrodji juga meyakini bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tidak akan menutup Balai Pustaka.
Sebagai perusahaan IP-based licensing digital company, sebut Fachrodji, Balai Pustaka dapat terus berkembang dengan melakukan berbagai transformasi serta proyek-proyek dari percetakan buku dan film serta aset-aset lain yang dimilikinya.
"Jadi di tangan Pak Erick Thohir, Balai Pustaka akan semakin menggeliat," katanya.
Melansir laman resminya, Balai Pustaka berdiri sebelum Indonesia merdeka yakni tepatnya pada 22 September 1917.
Pendirian Balai Pustaka sebagai kelanjutan Commisie voor Inlandsche Scool en volklechtuur, badan yang digunakan oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai sarana untuk mengontrol akses informasi penduduk asli Indonesia yang dibentuk 14 September 1908.
Sejak berdirinya Balai Pustaka, puluhan buku dan majalah diterbitkan saat itu dalam bahasa Melayu dan berbagai bahasa daerah yaitu Jawa, Sunda, Madura, Batak, Aceh, Bugis, dan Makassar, dan ditulis dalam bahasa Melayu, Latin, Jawa, maupun Arab.
Para sastrawan dan tokoh pergerakan seperti Abdoel Moeis memanfaatkan lembaga ini untuk membangkitkan kesadaran kebangsaan hingga lahir Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
Budayawan Marah Rusli, Muhammad Yamin, Idrus, Hamka, hingga Sutan Takdir Alisjahbana juga menyebarkan pikiran kebangsaan melalui lembaga ini.
Sebelum merdeka, Balai Pustaka telah membangun sekitar 2.800 Taman Bacaan Rakyat. Selanjutnya Balai Pustaka menjadi pilar sastra dan budaya bangsa yang melibatkan sosok seperti H.B. Jassin hingga Achdiat K. Mihardja, juga menjadi sarana negara untuk menyediakan buku-buku pendidikan.
Berikut transformasi Balai Pustaka sejak 22 September 1917 hingga 22 September 2019)
14 September 1908
13 Oktober 1910
22 September 1917
Baca Juga: Pabrik Tutup dan PHK Ribuan Pekerja, Benarkah Ekonomi Baik-baik Saja? Ini Kata Arsjad Rasjid | ROSI
Sumber : Kompas TV, balaipustaka.co.id, Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.