JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, masyarakat di banyak negara sedang tidak bahagia saat ini. Lantaran negara mereka menerapkan suku bunga tinggi untuk mengendalikan inflasi yang juga tinggi.
Akibatnya, di saat harga barang-barang sedang mahal, bunga cicilan mereka juga terus naik.
"Volatilitas dan tingginya harga komoditas global menyebabkan tekanan inflasi global masih terbilang tinggi. Hal tersebut mendorong kenaikan suku bunga di banyak negara serta berpotensi meningkatkan cost of fund dan lebih ketatnya likuiditas global," kata Sri Mulyani dalam keterangan resminya, dalam acara Penyerahan Insentif Fiskal, Senin (31/7/2023).
Kondisi itulah yang menyebabkan masyarakat di negara-negara tersebut tidak bahagia.
"Kalau inflasi tinggi, masyarakatnya tidak happy," ujar Sri Mulyani dikutip dari Youtube Kementerian Keuangan.
Baca Juga: Luhut Pamer Capaian Inflasi Era Jokowi di Bawah 4 Persen, Pertama Dalam Sejarah RI
"Namun kalau direm, dari sisi demand dan suplainya kena disrupsi, pasti negara itu ekonominya tidak membaik kondisinya," ujarnya.
Ia menyebutkan, negara yang tingkat infalasi dan suku bunganya tinggi di antaranya adalah India, Brazil, Meksiko, dan Inggris. Kata Sri Mulyani, kondisi ekonomi yang tidak baik sangat rentan terhadap kondisi politik yang juga akan ikut memburuk.
"Tidak happy berarti menjadi krisis politik di berbagai negara Eropa. Sekarang pemilunya sedang menghadapi kondisi yang tidak baik. Masyarakatnya tidak happy, ada pengangguran dan juga ada imigrasi yang berasal dari negara-negara yang kemudian pindah," ujarnya.
Sementara itu, lanjutnya, kondisi inflasi dan suku bunga tinggi tidak terjadi di Indonesia. Lantaran ada Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) yang terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk meredam dampak negatif yang ditimbulkan inflasi.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.