Kompas TV bbc bbc indonesia

All England 2022: Harus Ada Wakil Indonesia yang Menang, Target Juara Dibebankan ke Kevin/Marcus

Kompas.tv - 17 Maret 2022, 20:32 WIB
all-england-2022-harus-ada-wakil-indonesia-yang-menang-target-juara-dibebankan-ke-kevin-marcus
Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon dalam All England 2020. (Sumber: Dok. PBSI)
Penulis : Vyara Lestari

Ganda putra terbaik Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, kembali dipatok membawa pulang gelar juara perhelatan turnamen badminton tertua dan paling bergengsi di dunia, All England.

Kevin/Marcus -- biasa dijuluki Minions oleh para penggemar bulutangkis -- adalah ganda putra terbaik di dunia dan menempati unggulan teratas.

"Secara realistis, [yang paling berpeluang juara] adalah Kevin/Marcus bersama Hendra/Ahsan ... targetnya masuk final dan keluar sebagai juara," kata Herry Iman Pierngadi, pelatih ganda putra kepada wartawan BBC News Indonesia, Mohamad Susilo.

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan adalah ganda veteran sekaligus unggulan kedua di All England 2022.

Manajer tim Indonesia, Rionny Mainaky, dalam keterangan kepada media mengatakan "Indonesia wajib menyabet gelar di All England".

"Bisa saya katakan, dibandingkan turnamen lain, All England itu beda gengsinya. Semua pemain terbaik dunia selalu hadir di sini ... soal peluang, bisa saya katakan peluang kita tetap terbuka. Ini karena kita menyertakan pemain terbaik dan terkuat," kata Rionny.

"Saya memasang target, tahun ini harus ada wakil Indonesia yang juara. Soal dari mana gelar bisa diraih, setidaknya dari tunggal putra, ganda putra, atau ganda putri," kata Rionny yang juga menjabat sebagai kepala bidang pembinaan dan prestasi PBSI.

Baca juga:

Dari tiga sektor yang disebut Rionny, mana yang paling realistis?

Di atas kertas, kans terbesar dipegang oleh Kevin/Marcus dan Hendra Ahsan.

Di usia senja bagi atlet badminton -- pada Agustus menginjak 38 tahun -- Hendra masih bisa mengukuhkan dirinya sebagai pemain elite. Bersama Muhammad Ahsan, yang berusia 34 tahun, Hendra menjuarai ganda putra All England 2019.

Pasangan berjuluk The Daddies ini sebelumnya menjuarai ganda putra All England pada 2014.

Pelatih ganda putra Herry IP mengatakan dirinya sebenarnya berharap beban juara tak selalu ditumpukan ke Kevin/Marcus atau Hendra/Ahsan.

"Tidak hanya Kevin/Marcus, para pemain lain juga diberi tanggung jawab (target). Jangan hanya ke Kevin/Marcus. Ada pasangan-pasangan lain [yang prestasinya] bisa mendekati mereka," ujar Herry.

Sejak 2012, gelar juara tim Indonesia hanya disumbangkan dari dua sektor saja: ganda putra dan ganda campuran.

Pasangan ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad juara pada 2012, 2013, dan 2014. Pada 2014 ini, Hendra/Ahsan juara di ganda putra.

Pada 2015 tak ada pemain Indonesia yang juara.

Pada 2016, gelar juara disumbangkan oleh pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto.

Pada 2017 dan 2018 Kevin/Marcus juara. Pada 2019, giliran Hendra/Ahsan juara.

Pada 2020, Praveen kembali juara, kali ini bersama Melati Daeva Oktavianti. Kevin/Marcus masuk ke final, namun di partai puncak ditumbangkan pasangan Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, melalui pertandingan yang sangat ketat.

Pada 2021, tim Indonesia dipaksa mundur karena saat perjalanan ke Inggris satu pesawat dengan seseorang yang positif Covid, yang membuat panitia memerintahkan seluruh pemain Indonesia menjalani isolasi dan dalam praktiknya tidak bisa melanjutkan turnamen.

'Kans terbuka lebar di ganda putra'

Herry mengatakan tim ganda putra sudah disiapkan dengan baik untuk meraih prestasi.

"Tinggal persiapan di hari-H, seperti apa mainnya. Kalau persiapan sudah cukup baik. Bagi Kevin/Marcus, All England ini adalah turnamen pertama tahun ini," kata Herry.

Kevin, Marcus dan para pemain Indonesia lain tiba di Birmingham, kota perhelatan All England, dan sudah melakukan latihan fisik di hal olahraga University of Birmingham, hari Minggu (13/03).

"Persiapan di Jakarta sudah cukup baik. Hari ini (Minggu, 13 Maret) latihan untuk mengembalikan kondisi tubuh saja dan mencari feel pukulan. Adaptasinya nanti kalau sudah latihan di main hall [di arena turnamen]," kata Kevin kepada tim media Pengurus Pusat Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

"Yang pasti, kita tetap akan mencoba maksimal, memberikan yang terbaik dan semoga hasilnya dapat maksimal juga," kata Kevin.

Di atas kertas, target realistis juara All England 2022 memang ada di tangan Kevin/Marcus dan Hendra Ahsan, kata editor olahraga Jawa Pos, Ainur Rohman.

"Jika tidak ada kejutan, Kevin/Marcus bisa melenggang ke perempat final ... jika mulus, di semifinal bisa bertemu andalan Jepang, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi," kata Ainur.

Baca juga:

Hoki/Kobayashi bisa menyulitkan ambisi Kevin/Marcus untuk juara.

Selama berkali-kali, Kevin/Marcus selalu menang, sampai di dua final terakhir di ajang Indonesian Badminton Festival di Bali pada akhir 2021, yang dimenangkan oleh Hoki/Kobayashi.

"Jika Hoki/Kobayashi dilewati -- dengan catatan ganda Jepang ini lolos hingga babak akhir -- kans juara bagi Kevin/Marcus terbuka lebar," kata Ainur.

Apakah dua kekalahan beruntun di Bali akan membayangi Kevin/Marcus di All England? "Untuk sekelas Kevin/Marcus, dua kekalahan di Bali tidak akan jadi beban psikologis. Mereka kalah beruntun, besar kemungkinan karena jadwal bertanding yang sangat padat," kata Ainur.

"Kualitas teknis, kondisi fisik, dan mental Kevin/Marcus ini memang luar biasa. Sangat layak menjadi ganda putra terbaik di dunia," ujar Ainur.

Senior Kevin/Marcus, Ahsan/Hendra, menempati unggulan kedua dan di papan undian ada di blok bawah. Situasi ini memunculkan final impian bagi para pendukung badminton Indonesia: prospek all-Indonesian final ganda putra.

Di usia senja bagi atlet, Ahsan/Hendra masih memperlihatkan performa cemerlang, ditandai dengan keberhasilan menjuarai All England pada 2019. Penampilan yang konsisten juga mengantarkan pasangan ini menempati peringkat dua daftar ganda putra terbaik di dunia.

Hendra bersama Markis Kido adalah juara dunia pada 2007. Bersama Ahsan, Hendra tiga kali juara dunia, pada 2013, 2015, dan 2019.

Juga, bersama Kido, Hendra meraih medali emas ganda putra Olimpiade 2008 di Beijing. Hendra adalah satu dari sedikit pemain bulutangkis Indonesia yang mencatat prestasi paling lengkap, dari mulai emas Olimpiade, emas kejuaraan dunia, hingga juara All England.

"Mentalitas Hendra/Ahsan ini memang luar biasa. Pemain-pemain muda harus mencontoh kerja keras, komitmen, dan profesionalitas mereka yang luar biasa. Baik di dalam maupun di luar lapangan, bagaimana mereka menjaga fisik mereka untuk tetap fit, untuk bisa terus bertahan di jajaran elite sektor ganda putra," ulas Ainur.

"Mereka fokus, bekerja dan berlatih keras, tetap punya motivasi tinggi meraih prestasi maksimal di turnamen-turnamen penting," katanya.

Total ada enam pasangan ganda putra Indonesia yang bertarung di All England 2022.

Selain Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan, ada Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (unggulan ke-6), Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Rambitan, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.

Empat pasangan terakhir adalah pasangan-pasangan muda yang diproyeksikan segera bisa unjuk gigi di sektor ganda putra dunia.

Pram/Yere akan langsung bertemu dengan Bagas/Fikri di putaran pertama; demikian juga dengan Fajar/Rian yang ditantang sang junior Leo/Daniel.

Juara ganda putra All England 2003, Candra Wijaya, mengatakan setiap pemain punya kans untuk juara di All England, tergantung kesiapan saat berlaga di lapangan.

"Pemain-pemain muda yang menyiapkan diri dengan baik, yang punya nyali besar, bisa saja jadi juara. Seperti Loh Kean Yew yang menjadi juara dunia dan Lee Zia Jia yang menjadi juara All England [tahun lalu]," kata Candra.

"Bukan mengecilkan [pemain-pemain senior], memang terbuka peluang bagi pemain-pemain muda untuk juara asal mempersiapkan diri dengan baik. Ini kesempatan bagi atlet untuk bisa menjuara All England," katanya.

Ia menjelaskan persiapan untuk juara di turnamen bergengsi seperti All England butuh waktu yang lama.

Pemain harus memperhatikan faktor fisik, teknik, dan mental. Ia mengatakan ketiganya saling terkait dan semuanya harus dalam keadaan prima untuk bisa menyabet prestasi maksimal.

Tanda tanya di ganda campuran

Pasangan ganda campuran Praveen Jorban/Melati Daeva Oktavianti tadinya disiapkan untuk menggantikan Owi/Butet, salah satu pasangan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia.

Owi/Butet mencatat prestasi lengkap, dari mulai meraih emas Olimpiade 2016 di Rio, emas juara dunia 2013 dan 2017, hingga tiga kali menjuarai All England pada 2012, 2013, dan 2014.

Ucok/Meli, demikian mereka biasa disapa, sempat memperlihatkan prestasi cemerlang dan juara di All England pada 2020.

Sayang, mereka tampil buruk saat turun di ajang Indonesian Badminton Festival di akhir 2021 di Bali, yang membuat pelatih Nova Widianto secara terbuka mengecam mereka, sesuatu yang tak pernah terjadi dalam sejarah pelatnas.

Nova menyebut Praveen/Melati "tidak menunjukkkan kesungguhan bermain".

Praveen/Melati kemudian dicoret dari pelatnas dan kembali ke klub mereka, PB Djarum di Kudus.

Tahun ini, Praveen/Melati datang ke All England melalui jalur pemain profesional.

Menurut editor olahraga Jawa Pos, Ainur Rohman, performa Praveen/Melati akan sangat tergantung dengan kemauan dan kesungguhan bermain.

"Secara teknik dan fisik tak masalah. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana kesungguhan mereka untuk benar-benar tampil maksimal di lapangan," kata Ainur.

Pengurus PB Djarum, Yoppy Rosimin, mengatakan All England 2022 harus menjadi ajang pembuktian bagi Praveen/Melati.

"Kondisi mereka saat ini dalam keadaan baik dan siap bertanding. Pesan saya, agar mereka bisa tampil maksimal untuk pembuktian diri, bahwa mereka masih sangat layak menjadi salah satu pasangan terbaik Indonesia dan dunia," kata Yoppy, seperti dikutip situs resmi PB Djarum.

Paceklik lama di sektor tunggal dan ganda putri

Manajer tim Indonesia, Rionny Mainaky, telah memasang target juara, bisa dari sektor tunggal putra, ganda putra, atau ganda putri.

Namun sejatinya, sudah lama Indonesia paceklik juara All England di sektor-sektor ini.

Terakhir kali pemain Indonesia menjuarai tunggal putra dan tunggal putri All England adalah pada 1994, melalui Heryanto Arbi dan Susy Susanti.

Persaingan di tunggal putra sangat ketat dan sejauh ini andalah Indonesia, seperti Anthony Ginting dan Jonatan Christie belum bisa menorehkan prestasi cemerlang di All England, setidaknya dalam beberapa tahun terakhir.

Di tunggal putri, andalan Indonesia seperti Gregoria Mariska Tunjung masih di bawah pemain-pemain elite seperti Tai Tzu Ying, Akane Yamaguchi, Chen Yufei, Nozomi Okuhara, Carolina Marin, PV Sindhu, Ratchanok Intanon dan pemain baru yang menggebrak, An Se-young.

Apakah bisa terjadi kejutan? Di atas kertas, tentu saja.

Tahun lalu, di ajang Olimpiade 2020 di Tokyo, nyaris tidak ada yang memperkirakan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan meraih medali.

Kenyataannya, Greys/Apri pulang membawa emas sekaligus mempertahankan tradisi kontingean Indonesia.

Greys rencananya akan segera gantung raket dan besar kemungkinan All England 2022 akan menjadi turnamen besar terakhir baginya.

Di All England, Indonesia terakhir kali menjuarai ganda putri pada 1979, melalui Verawaty Fadjrin/Imelda Wiguna.






Sumber : BBC




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x