Kompas TV advertorial
advertorial

Kolaborasi Swasta dan Publik untuk Solusi Air Berkelanjutan di World Water Forum ke-10 Bali

Kompas.tv - 29 Mei 2024, 20:10 WIB
kolaborasi-swasta-dan-publik-untuk-solusi-air-berkelanjutan-di-world-water-forum-ke-10-bali
Menparekraf Sandiaga saat berbicara dalam 10th World Water Forum-High Level Panel The Role of the Private Sector in Meeting Goals of SDG6 di Bali Nusa Dua Convention Centre, Rabu (22/5/2024) (Sumber: Dok. Media World Water Forum)
Penulis : Adv Team

BADUNG, KOMPAS.TV – Permasalahan air merupakan isu yang krusial dan mendesak untuk diselesaikan. Kolaborasi berbagai pihak, baik itu sektor swasta, pemerintah, maupun masyarakat, harus benar-benar diwujudkan untuk pengelolaan air berkelanjutan.

Demikian disampaikan Vice President General Secretary Danone Indonesia (Danone) Vera Galuh dalam ajang World Water Forum (Forum Air Sedunia) ke-10 di Nusa Dua, Bali pada Kamis (23/5/2024).

World Water Forum ke-10 yang berlangsung di Bali pada tahun 2024 telah menyoroti berbagai isu penting terkait pengelolaan sumber daya air global. Salah satu tema yang mencuat dalam forum ini adalah pentingnya keterlibatan pihak swasta dalam upaya mengatasi tantangan air dunia.

Melalui partisipasi aktif sektor swasta, berbagai inisiatif dan solusi inovatif dapat dihasilkan untuk menjawab permasalahan air yang semakin kompleks.

Sektor swasta memainkan peran penting dalam mengembangkan teknologi dan solusi inovatif untuk pengelolaan air.

Perusahaan-perusahaan teknologi besar dan startup yang bergerak di bidang lingkungan menghadirkan beragam inovasi, seperti sistem pemurnian air yang lebih efisien, teknologi pengolahan limbah yang ramah lingkungan, serta alat penghemat air untuk industri dan rumah tangga.

Kehadiran inovasi ini sangat krusial dalam mengatasi krisis air, terutama di daerah yang mengalami kelangkaan air bersih.

Di sisi lain, salah satu kontribusi terbesar sektor swasta adalah melalui investasi dan pendanaan proyek-proyek infrastruktur air. Forum ini menyaksikan komitmen dari berbagai perusahaan multinasional untuk mendanai proyek penyediaan air bersih dan sanitasi di negara-negara berkembang.

Investasi ini tidak hanya membantu mempercepat pembangunan infrastruktur air, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja.

Baca Juga: World Water Forum ke-10 Hasilkan Kolaborasi Regional Atasi Persoalan Air Global

Keterlibatan sektor swasta dalam forum ini juga membuka peluang untuk kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan swasta dalam mengelola sumber daya air.

Kemitraan publik-swasta (PPP) menjadi model yang efektif untuk menggabungkan sumber daya, keahlian, dan jaringan kedua belah pihak. Dengan kerja sama ini, proyek-proyek air dapat dilaksanakan dengan lebih efisien, transparan, dan berkelanjutan.

Perusahaan swasta memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai pentingnya konservasi air melalui kampanye dan program edukasi.

Banyak perusahaan menggunakan platform mereka untuk mengedukasi masyarakat tentang penggunaan air yang bijak, pentingnya sanitasi yang baik, dan cara-cara melestarikan sumber daya air. Program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) juga sering kali berfokus pada isu-isu air, memberikan dampak positif bagi komunitas-komunitas yang terlibat.

Dalam forum ini, banyak perusahaan menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik bisnis yang berkelanjutan. Mereka menerapkan standar tinggi dalam penggunaan air di proses produksi mereka, mengurangi jejak air (water footprint), dan mempromosikan daur ulang air di fasilitas mereka.

Praktik-praktik ini tidak hanya membantu mengurangi konsumsi air secara keseluruhan, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi industri lainnya untuk mengikuti.

Sektor swasta juga memainkan peran penting dalam menciptakan solusi berbasis pasar untuk masalah air. Perusahaan dapat mengembangkan produk dan layanan yang membantu masyarakat mengelola sumber daya air dengan lebih baik.

Misalnya, melalui pemasaran produk-produk hemat air dan teknologi pemantauan air yang terjangkau, masyarakat dapat lebih mudah mengadopsi praktik konservasi air dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Vera Galuh, Vice President General Secretary Danone Indonesia, dalam rangka upaya perlindungan sumber daya air, pihaknya bersama mitra-mitranya melibatkan komunitas lokal dalam melakukan pengelolaan sumber daya air.

Komunitas lokal yang terdiri dari pemerintah daerah, masyarakat umum, lembaga swadaya masyarakat, akademisi serta sektor swasta membentuk sebuah forum Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk melakukan upaya tata kelola sumber daya air terpadu dari hulu hingga ke hilir.

Vice President General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh (Sumber: Dok. Media World Water Forum)

Hingga saat ini, lanjut Vera, Danone Indonesia telah berpartisipasi secara aktif dengan tujuh forum Daerah Aliran Sungai di wilayah operasionalnya, termasuk di Cisadane, Cicatih dan Cibeleng di Jawa Barat; Pusur di Jawa Tengah; Rejoso dan Pandaan di Jawa Timur; serta Ayung di Bali.

Untuk memperkuat penerapan tata kelola yang baik, Danone juga memperkenalkan Pembayaran Jasa Lingkungan (PES) sebagai skema untuk memberikan kompensasi finansial untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya alam yang baik.

Vera menegaskan, komitmen Danone Indonesia dalam menjalankan tata kelola air juga diimplementasikan dalam proses produksi, di mana Danone berupaya untuk mendorong efisiensi penggunaan air dalam sistem produksi.

Upaya itu diwujudkan dengan pengurangan penggunaan air (Total Water Utilization/Water Ratio) yang merupakan perbandingan air yang digunakan untuk memproduksi satu liter produk. 

"Semakin kecil nilai rasio tersebut maka semakin efisien pemakaian air untuk produk dan proses produksi. Hingga 2020, Danone-AQUA berhasil mencapai target water ratio sebesar 1,15 guna menjaga ekosistem air.

Selain itu, juga mengimplementasikan prinsip reduce, reuse, recycle, reclaim (4R) dalam pemanfaatan air di seluruh fasilitas produksi," ujar Vera.

Vera juga menekankan bahwa partisipasi Danone dalam World Water Forum 2024 merupakan wujud nyata dari komitmen perusahaan untuk turut aktif dalam upaya kolektif global mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6, yaitu menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan bagi masyarakat di seluruh dunia. 

"Kami melihat forum ini sebagai sarana memperluas akses pertukaran informasi dan jaringan untuk mendorong berbagai aksi kolektif program pengelolaan sumber daya air yang dapat menjawab berbagai tantangan permasalahan air," kata Vera.

Target dampak positif yang ditetapkan Danone Indonesia lebih dari sekadar mengurangi penggunaan air, namun juga untuk mencapai positive water impact, yaitu mengembalikan lebih banyak air ke masyarakat dan lingkungan melebihi dari yang digunakan dalam proses produksi. 

"Komitmen perusahaan dalam mewujudkan positive water impact diturunkan ke dalam Kebijakan Air Danone (Danone Water Policy) yang berfokus pada tiga pilar, yaitu, melindungi sumber daya air, mendorong sirkularitas air dalam sistem produksi dengan mengurangi penggunaan air (total penggunaan air/rasio air) serta memberikan akses air bersih dan sanitasi melalui program WASH (Water Access, Sanitation and Hygiene) bagi masyarakat Indonesia. Danone Indonesia telah berhasil menyediakan akses air bersih bagi lebih dari 500.000 orang," ujar Vera.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno juga menekankan pentingnya keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sumber daya air, terutama dalam mendukung terciptanya pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. 

Menparekraf Sandiaga saat berbicara dalam "10th World Water Forum-High Level Panel 'The Role of the Private Sector in Meeting Goals of SDG6" di Bali Nusa Dua Convention Centre, Rabu (22/5/2024), menyampaikan bagaimana Indonesia mengambil suatu kepemimpinan untuk mengonversikan peluang-peluang yang ada guna mewujudkan pariwisata berkelanjutan khususnya dalam pengelolaan sumber daya air.

Hal itu sejalan dengan tren pariwisata ke depan yang lebih personalized, customized, localized, juga smaller in size.

"Bagaimana semua fasilitas pariwisata dan ekonomi kreatif harus mengadopsi prinsip-prinsip untuk pengelolaan air dengan bijaksana, mengelola air untuk masa depan," kata Menparekraf Sandiaga.

Pemerintah dikatakan Sandiaga tentu tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan serta kolaborasi dari berbagai pihak, terutama pihak swasta. Tidak hanya untuk menanamkan investasi tapi juga menghadirkan inovasi dan adaptasi.

"Bukan hanya mencari profit semata tapi berkolaborasi untuk menghadirkan hak-hak asasi manusia yaitu akses terhadap air bersih terhadap sanitasi dan juga higienitas," ujar Sandiaga.

Pemerintah akan terus mendorong dengan menghadirkan regulasi yang bisa mendorong lebih banyak keterlibatan sektor swasta di pengelolaan air terutama di sektor pariwisata.

Baca Juga: World Water Forum Ke-10 Resmi Ditutup oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono

Seperti dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dihadirkan di Bali yakni KEK Kura Kura dan KEK Sanur. Kedua KEK tersebut, selain menawarkan berbagai kemudahan dalam investasi, juga berfokus pada investasi yang mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan.

"Itu adalah sesuatu yang kami tangani dengan sangat serius dalam praktik pengelolaan air berkelanjutan sehingga kami dapat melindungi sumber daya air kami dan meningkatkan destinasi kami serta menjadikan sektor pariwisata kami lebih menarik dan tangguh," jelas Sandiaga.

Inovasi, adaptasi, dan kolaborasi juga menjadi hal yang sangat penting bagi dunia usaha dalam mendukung praktik pengelolaan sumber daya air berkelanjutan sesuai tema World Water Forum 2024 atau Forum Air Sedunia ke-10 itu. 

"Investasi di bidang air ini memang jangka panjang dan itu yang saya sebut sebagai bagian dari adaptasi. Dunia usaha tidak boleh mencari untung hanya dalam waktu jangka pendek tapi melihat jangka panjang. Kedua, ini adalah bisnis berisiko, oleh karena itu kita harus berinovasi untuk mengurangi risikonya dan melakukan stabilisasi dari pendapatan kita," tutur Menparekraf Sandiaga.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



Close Ads x