Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
SURAKARTA, KOMPASTV - Dalam ajaran Islam, terdapat malam kemuliaan di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Waktu yang disebut sebagai Malam Lailatul Qadar itu jatuh diantara malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir Ramadhan.
Di Kota Solo, ada satu tradisi unik dalam rangka menyambut malam kemuliaan. Tradisi unik itu bernama Malam Selikuran yang bisa dijumpai di Keraton Surakarta Hadiningrat pada malam ke-21 bulan Ramadhan setiap tahunnya.
"Yang berbaikatan dengan malam selikuran itu sendiri berkembang di Surakarta merupakan bentuk akulturasi dari tradisi kejawen dengan Islam" Kata Tundjung W. Sutirto Pemerhati Budaya.
Menurut Pengageng Parentah Keraton Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Dipokusumo, tradisi Malam Selikuran ini sudah dimulai sejak lama, saat Pakubuwana X menjadi raja Surakarta.
“Jadi ini merupakan tradisi untuk menyambut malam Lailatul Qadar, atau 10 hari terakhir itu mulai malam ke-21. Itu tercatat yaitu ketika zaman Pakubuwana X (1893-1939),” ujar pria yang akarb disapa Gusti Dipo.
Banyak yang perlu dipersiapkan, salah satunya adalah lampu yang menjadi simbol malam selikuran. Ada 72 lampu disiapkan, 21 diantaranya adalah lampu ting hik (lampu dari minyak tanah), 21 lampu petromaks, dan 30 lampion bintang. Tak lupa juga lampu khas kasunanan Surakarta.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.