JAKARTA, KOMPAS.TV - Dalam kajian soal bersuci atau taharah di agama Islam, kerap kali kita menjumpai istilah najis dan hadas. Keduanya menandakan keadaan yang tidak suci. Namun, apa perbedaan antara najis dan hadas dalam Islam?
Ditilik dari pengertiannya secara definitif, najis lebih merujuk pada benda-benda atau substansi yang dianggap tidak suci dan harus dihindari dalam beribadah. Contoh najis adalah kotoran hewan, air kencing, bangkai hewan, dan sebagainya.
Sedangkan, hadas adalah sesuatu yang tidak suci secara maknawi atau tidak kelihatan mata. Misalnya, orang yang kentut dianggap berhadas kecil dan tidak suci secara maknawi.
Baca Juga: Gus Baha Jelaskan soal Penggunaan Air PDAM untuk Bersuci, Najis atau Tidak?
Menukil kitab Safinatun Najaa karya Syeh Salim bin Sumair Al Hadirami, najis dikelompokkan menjadi 3 kategori; mukhaffafah (ringan), mutawassithah (sedang), dan mughalladhah (berat).
:
Artinya:“Fashal, najis ada tiga macam: mughalladhah, mukhaffafah, dan mutawassithah.Najis mughalladhah adalah najisnya anjing dan babi beserta anakan salah satu dari keduanya. Najis mukhaffafah adalah najis air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan selain air susu ibu dan belum sampai usia dua tahun. Sedangkan najis mutawassithah adalah najis-najis lainnya.”
Dari tiga kategori najis tersebut, masing-masing memiliki cara khusus untuk menyucikannya.
Kendati demikian, ada juga dua istilah najis yang perlu Anda ketahui; najis ainiyah dan najis hukmiyah.
Najis ainiyah adalah najis yang memiliki warna, bau, dan rasa. Sementara najis hukimyah memiliki pengertian sebaliknya, tetapi secara dihukumi najis.
Baca Juga: Cara Mandi Wajib Laki-Laki Keluar Mani, Wajib Dilakukan Sebelum Beribadah
Mengutip uraian yang diterangkan Kemenag, Hadas dibedakan menjadi dua macam; hadas besar dan hadas kecil.
Tidak seperti najis, hadas dapat membatalkan wudu maupun salat.
Sumber : Kemenag, NU Online
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.