A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined property: stdClass::$iframe

Filename: libraries/Article_lib.php

Line Number: 238

Backtrace:

File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 238
Function: _error_handler

File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article

File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once

Ketua RT Aniaya Nenek yang Minta Bansos Corona, Ngaku Refleks karena Dituduh Maling di Depan Warga

Kompas TV regional berita daerah

Ketua RT Aniaya Nenek yang Minta Bansos Corona, Ngaku Refleks karena Dituduh Maling di Depan Warga

Kompas.tv - 3 Juni 2020, 22:44 WIB
ketua-rt-aniaya-nenek-yang-minta-bansos-corona-ngaku-refleks-karena-dituduh-maling-di-depan-warga
Ilustrasi penganiayaan (Sumber: Pixabay)
Penulis : Tito Dirhantoro

"Itu bukannya hak dia tapi menantunya itu dia yang tercatat tapi karena disepakati untuk dikasih ke mantan mertua akhirnya dikasih lah tapi dia ngotot dan saya sebetulnya juga bukan RT nya nenek Arni. Makanya saya juga bingung kenapa marah-marah soal uang ke saya," ungkapnya.

Asep menegaskan bahwa bansos yang berasal dari Pemkab Bogor berupa beras itu tidak pernah ada pemotongan jatah.

Pasalnya, keluarga yang harusnya menerima 30 kilogram beras sudah ikhlas untuk diberikan ke mantan mertuanya alias nenek Arni.

"Kata Nirlana (menantu), ini kasih aja ke mantan mertua dan ke tetangganya satu. Jadi sedikit pun saya enggak mengambil dan saya salurin semua karena sudah ada kesepakatan dan beras turun 2 karung kecil jadi total 30 kg," ujar ASep.

Asep juga menyayangkan sikap pemerintah daerah yang terkesan abai dalam menyelesaikan pendataan bansos.

Baca Juga: Viral Ngamuk Gak Dapat Bansos Corona, Kursi Kantor Desa Dilempar

Menurut dia, buruknya pendataan penerima bansos membuat ketua RT sebagai penyalur bansos menjadi pusing, bahkan sering sekali menjadi sasaran protes warga.

Begitu pula sebagian warga yang kerap cemburu karena belum mendapat bansos hingga menganggap pengurus wilayah pilih kasih saat pengajuan data.

Persoalan lain yang muncul di lapangan, lanjut Asep, menyebabkan pengurus RT dan RW dibenci dan dicaci maki warganya sendiri karena ada warga yang sudah tidak tinggal dan meninggal dunia tetapi justru terdaftar namanya.

"Sejak kejadian Covid-19 beberapa bulan kemudian itu disuruh desa ambil data KK tapi kenyataannya nama yang meninggal dunia malah keluar, sedangkan kita tidak ngedata itu,”ujar Asep.

“Makanya saya bingung juga dan saya sering kasih arahan ke warga jangan curiga-curiga karena kenyataannya (bansos) memang bermasalah.”

Baca Juga: Demi Bansos, Warga Abaikan Protokol Kesehatan

Ke depan, Asep menambahkan, pemerintah semestinya mengimbangi soal pendataan untuk membantu RT dan RW dan menyalurkan bantuan sosial.

"Ya kalau pemerintah mau bantu ke warga cobalah imbangi soal pendataan itu jangan ada lagi RT/RW jadi sasaran padahal pendataan aja enggak beras,” kata Assep.

“Jadi kadang-kadang saya sedih kerja udah capek tapi disalah-salahkan makanya saya kepancing emosi karena sudah terjadi beberapa kali padahal niat kita agar bansos merata tapi malah sasaran caci maki.”




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x