Dia mengungkapkan kekhawatiran bahwa tanpa edukasi yang tepat, penggunaan dan perawatan alat yang salah dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang bias.
"Tapi kalau penempatannya dan pemeliharaannya tidak disampaikan oleh vendor, maka dikhawatirkan hasil dari alat itu menjadi bias," ucap Asep.
Diberitakan sebelumnya, kualitas udara di ibu kota Indonesia, DKI Jakarta, pada Senin pagi (25/9/2023), berdasarkan data yang dirilis oleh situs pengukuran udara, IQAir, masuk dalam kategori berisiko bagi kelompok orang yang sensitif.
Baca Juga: Kurangi Polusi Udara, Anggota DPRD Minta Pemprov DKI Gencarkan Uji Emisi Kendaraan
Indeks kualitas udara Jakarta mencapai angka 141, menempatkannya di posisi ketiga sebagai kota dengan kualitas udara paling buruk di tingkat global.
Partikel mikro PM2.5 menjadi penyumbang utama kualitas udara yang buruk dengan konsentrasi mencapai 52 mikrogram per meter kubik.
Ketika dibandingkan dengan standar kualitas udara yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), tingkat konsentrasi tersebut melampaui batas aman sebanyak 10,4 kali.
Baca Juga: Polusi Udara Kurangi Angka Harapan Hidup Orang Indonesia
IQAir memberikan saran kepada warga Jakarta untuk mengambil langkah-langkah pencegahan.
Beberapa rekomendasi yang diberikan antara lain memakai masker, mengaktifkan alat penyaring udara di dalam ruangan, menjaga jendela tetap tertutup, serta membatasi aktivitas di luar ruangan.
Sumber : Kompas TV, Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.