YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Bentara Budaya menggelar pameran dengan judul “Pertemuan” yang merupakan bentuk apresiasi perjalanan Bentara Budaya selama kurang lebih 40 tahun.
Bentara Budaya telah menjadi wadah untuk para seniman menyampaikan ekspresi melalui karya-karya kesenian. Tentunya, pameran ini terbuka untuk umum dan tidak memungut biaya dari pengunjung.
Pameran telah dibuka pada Jumat, 15 September 2023 lalu di Bentara Budaya Yogyakarta Jl. Suroto No. 2, Kota Baru, Yogyakarta dan akan berlangsung hingga 21 September 2023.
Selama 40 tahun, banyak pertemuan yang terjadi di Bentara Budaya. Pertemuan tersebut direkam dalam berbagai bentuk seperti tulisan, video, maupun foto.
Dalam pameran “Pertemuan” ini, Bentara Budaya mengajak dua puluh seniman muda dan tiga seniman undangan, yaitu:
Baca Juga: Berlangsung hingga 29 September, Pameran “Lelampah” Putu Sutawijaya Hadir di Bentara Budaya Jakarta
Seniman-seniman ini akan merespons gambar-gambar peristiwa dan kegiatan yang terjadi di Bentara Budaya Yogyakarta selama rentang waktu 40 tahun.
Pameran ini memiliki arti penting bagi Bentara Budaya Yogyakarta karena melibatkan refleksi atas jejak perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh lembaga ini.
Sebelum menghadiri pameran ini, ada baiknya untuk memahami sejarah Bentara Budaya. Bentara Budaya didirikan pada 1982 di Yogyakarta. Awalnya berlokasi di Jalan Sudirman, dekat dengan lokasi Gramedia saat ini.
Pada 1993, kantor Bentara Budaya pindah ke Jalan Suroto No. 2 Kotabaru.
Pada awalnya, Bentara Budaya berfungsi sebagai ruang bagi seni yang sering diabaikan, terutama seni tradisional yang saat itu kesulitan menemukan wadah untuk mengungkapkan eksistensinya.
Dalam perjalanan panjangnya, Bentara Budaya menghadapi berbagai ujian dan tantangan. Namun selama lebih dari empat puluh tahun, Bentara Budaya telah diterima positif oleh masyarakat. Keberhasilan ini tidak hanya terbatas di Yogyakarta, tetapi juga terbentang hingga Jakarta, Solo, dan Bali.
Perjalanan yang panjang ini memiliki banyak catatan penting yang terabadikan dalam bentuk foto. Foto memiliki kemampuan untuk menceritakan berbagai peristiwa, termasuk pertemuan antara seniman-seniman dengan masyarakat umum.
Pertemuan-pertemuan ini memiliki makna sejarah yang penting dalam perkembangan seni saat ini. Bentara Budaya, dari tahun ke tahun, terus menciptakan kisah-kisah baru yang mencerminkan berbagai pandangan dan pemikiran seniman dalam mengekspresikan diri melalui karya-karyanya.
Pada awal berdirinya Bentara Budaya, terdapat pameran dua perupa tradisional yang mewakili era tersebut, yaitu Sastro Gambar dari Magelang dan Tjitro Waloejo dari Solo.
Mereka menciptakan karya-karya tradisional yang unik, di mana Sastro Gambar menggunakan kaca sebagai media lukisannya, sedangkan Tjitro Waloejo melukis di atas kertas dengan tema mitos-mitos pesugihan Jawa.
Kedua seniman ini berhasil menarik perhatian masyarakat luas dan memberikan pemahaman bahwa seniman tradisional memiliki daya tahan terhadap perubahan zaman.
Saat itu, pameran-pameran di Bentara Budaya Yogyakarta menjadi tempat yang ramai dengan kehadiran seniman-seniman modern dari berbagai usia, seperti Affandi, Bagong Kussiodiarja, Sapto Hudoyo, serta seniman-seniman muda yang muncul bersamaan dengan berdirinya ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia).
Baca Juga: Pelukis Ramadhyan Putri Pertiwi Gelar Pameran Kedua di Bentara Budaya Yogyakarta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.