JAKARTA, KOMPAS.TV - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan telah terjadi erupsi di Gunung Anak Krakatau yang berlokasi di perairan Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
"Terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau pada hari Jumat, 12 Mei 2023, pukul 09:20 WIB. Tinggi kolom letusan teramati lebih kurang 2.500 meter di atas puncak," kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Deny Mardiono dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (12/3) dikutip dari Antara.
Gunung Anak Krakatau tumbuh pada pada 11 Juni 1927, ketika erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau. Situs Badan Geologi dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, akibat letusan-letusan Gunung Krakatau, Gunung Anak Krakatau tumbuh semakin besar dan tinggi, membentuk kerucut yang sekarang mencapai tinggi lebih kurang 300 meter dari muka laut. "Di samping menambah tinggi kerucut tubuhnya, juga memperluas wilayah daratannya," tulis situs tersebut.
Baca Juga: Gunung Anak Krakatau Meletus Jumat Pagi, Semburan Capai 2.500 Meter
Letusan Gunung Anak Krakatau tak bisa lepas dari induknya, Gunung Krakatau yang ledakanya melegenda pada 27 Agustus 1883. Sejarah mencatat, 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya. Gelombang raksasa yang diakibatkan oleh letusan itu bahkan menelan korban jiwa sekitar 35.500 orang.
Namun sejarah juga mencatat, bahwa Krakatau meletus terjadi lebih dari 100 kali sejak 2000 tahun silam. Tercatat pada tahun 416 sebelum Masehi kemudian berturut-turut terjadi pada abad ke-3, 9, 10, 11, 12, 14, 16, dan 17 yang diikuti dengan tumbuhnya kerucut Rakata dan Danan.
Setelah letusan dahsyat pada 1883, Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927. Hingga pada 11 Juni 1927 erupsi yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau, yang dinyatakan sebagai kelahiran Gunung Anak Krakatau.
"Letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 dianggap kejadian terbesar dalam sejarah letusannya, melontarkan rempah vulkanik dengan volume 18 kilometer persegi, tinggi asap 80 km dan menimbulkan gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung," begitu situs Badan Geologi memberi keterangan.
Setelah istirahat panjang selama lebih dari 100 tahun, Krakatau tetaplah menyimpan kekuatan besar. Badan Geologi menyebutkan, kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 19270 hingga tahun 2000 saja, telah erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah letusan tersebut, pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh kerucutnya.
Baca Juga: Sepanjang Sabtu, Gunung Anak Krakatau Erupsi Tiga Kali
Waktu istirahat berkisar antara 1 - 8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali berupa letusan abu dan leleran lava.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.