Kompas TV regional sosial

Keluarga Guru Hidup di Gubuk Satu Atap dengan Kambing, Mengajar Belasan Tahun dengan Gaji Rp350 Ribu

Kompas.tv - 22 Oktober 2021, 22:25 WIB
keluarga-guru-hidup-di-gubuk-satu-atap-dengan-kambing-mengajar-belasan-tahun-dengan-gaji-rp350-ribu
Penampakan rumah Sri Hartuti, guru di Ngawi yang tinggal bersama kambing. (Sumber: Kompascom/Sukoco)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Vyara Lestari

NGAWI, KOMPAS.TV - Seorang guru di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur hidup bersama keluarganya di gubuk bersama kambing-kambing peliharaannya.

Guru itu bernama Sri Hartuti, warga Dusun Suren, Desa Pandean, Kecamatan Karanganyar, Ngawi.

Rumah Sri Hartuti bersama suami dan ketiga anaknya itu terletak di tengah hutan jati. Gubuk itu terbuat dari anyaman bambu.

Baca Juga: Mahfud MD Ungkap Koruptor di Indonesia Ada 1.298 Orang, 86 Persen Lulusan Perguruan Tinggi

Dari dalam gubuk, terlihat lantai tanah dan lubang-lubang di dinding anyaman. Tak cuma itu, rumah Sri Hartuti ini juga menaungi beberapa ekor kambing.

“Mohon maaf, baunya tak sedap dari kandang kambing,” kata Sri Hartuti pada Kamis (21/10/2021), dikutip dari Kompas.com.

Sri Hartuti dan suaminya di rumah gubuk tempat mereka tinggal bersama kambing. (Sumber: Kompascom/Sukoco)

Sri Hartuti mengaku, keluarganya memelihara kambing untuk membantu keuangan mereka. Ia kadang menjual kambing-kambing itu untuk makan sehari-hari, seperti membeli beras.

Karena rumahnya sederhana dan tak memiliki lahan lagi, ia menempatkan kambing-kambing itu di dekat bangunan utama gubuk.

“Anak saya nomor dua yang kelas 1 sering diejek temannya tidur dengan kambing,” ujar Sri Hartuti.

Ia hanya mampu menghibur ketiga anaknya saat mendapat hinaan dari orang lain.

Sri Hartuti sehari-hari bekerja sebagai guru tidak tetap. Padahal, ia telah mengajar selama 17 tahun.

Selama ini, ia hanya menerima gaji Rp350 ribu per bulan. Sementara, batas Upah Minimum Kabupaten (UMK) Ngawi adalah Rp1,96 juta per bulan.

Itu berarti, gaji Sri Hartuti tak sampai seperlima dari upah minimum daerahnya.

Baca Juga: Pasca Temuan Klaster Sekolah, Pemkot Solo Gelar Tes PCR Massal untuk Ratusan Siswa dan Guru

Sementara, suaminya bekerja serabutan menjaga kebun dengan pendapatan tak tentu. Sebab itu, ia tak mampu memperbaiki rumah itu.

“Ini pun tanahnya numpang di Perhutani. Untuk memperbaiki, gaji kami tak cukup,” ucap Sri Hartuti.

Walau pendapatannya tak seberapa, Sri Hartuti mengaku tetap bangga mengajar anak-anak di desanya. Di daerah sekitar tempat tinggalnya, banyak anak putus sekolah karena miskin.

“Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak-anak di sini pandai,” ujar Sri Hartuti.

Ia mengatakan, senang karena banyak anak didiknya yang kini melanjutkan pendidikan hingga hidup sejahtera.

“Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang tahu lewat di sini menyapa saya. Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha dan banyak juga yang kuliah,” tutur Sri.

Kondisi Sri Hartuti dan keluarganya ini telah diketahui Camat Karanganyar Nur Yudhi M Arifin.

“Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun. Itu rumah apa seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” ujar Arifin.

Ia mengaku baru menemukan rumah warganya yang tidak layak huni itu.

“Saya merasa jadi camat gagal. Saya akan berusaha membantu sebisanya,” kata Arifin sambil menangis.

 



Sumber : Kompas TV/Kompascom



BERITA LAINNYA



Close Ads x