YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Protein merupakan zat yang membantu membentuk otot, menghasilkan hormon, memperkuat kulit, tulang dan mengangkut nutrisi.
Protein sangat penting untuk tubuh, bahkan orang mungkin berpikir bahwa mengonsumsi lebih banyak protein akan menjadikan tubuh lebih kuat.
Namun, dilansir Cleveland Clinic, menurut spesialis nutrisi olahraga Diana Schnee, MS, mengonsumsi lebih banyak protein, terutama dari suplemen belum tentu sehat.
“Mengkonsumsi protein ekstra, terutama dari suplemen protein, belum tentu sehat atau bermanfaat,” kata dia.
“Dan itu terutama berlaku untuk anak-anak. Faktanya, asupan protein yang berlebihan tidak menyebabkan lebih banyak perkembangan otot, tetapi malah dapat memberi tekanan pada hati dan ginjal mereka dan meningkatkan risiko dehidrasi.”
“Di sebagian besar negara Barat, anak-anak sudah mendapatkan dua hingga tiga kali protein yang mereka butuhkan setiap hari,” katanya.
Mengonsumsi suplemen protein atau menambahkan bubuk protein ke makanan, shake, atau smoothie cukup populer untuk anak-anak dan remaja yang sedang tumbuh.
Tren ini semakin jelas terlihat jika anak Anda adalah seorang atlet, terutama jika mereka ingin menjadi lebih besar dan lebih kuat.
Menurut Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National Academy of Sciences, sepuluh hingga 30 persen asupan kalori harus berasal dari protein.
Sementara, untuk anak-anak yang lebih kecil, kebutuhan protein dihitung berdasarkan usia. Anak-anak usia 4 hingga 9 tahun membutuhkan 19 gram protein setiap hari. Sementara anak yang berusia antara 9 dan 13 tahun membutuhkan 34 gram.
Baca Juga: 5 Makanan Berprotein Ini Wajib Dikonsumsi untuk Kamu yang Baru Sembuh dari Covid-19
Untuk remaja, usia 14 hingga 18 tahun, bervariasi berdasarkan jenis kelamin. Anak laki-laki membutuhkan 52 gram dan anak perempuan membutuhkan 46 gram.
Secara keseluruhan, anak-anak harus mendapatkan cukup protein setiap hari untuk kebutuhan dasar dan atletik, khususnya jika mereka makan dua porsi protein tanpa lemak, seperti daging sapi tanpa lemak, babi, unggas, ikan, atau alternatif daging.
Apa pun tambahan dari suplemen protein kemungkinan melebihi kebutuhan sehari-hari mereka dan itu tidak diperlukan.
“Untuk atlet anak, fokusnya harus lebih pada asupan makanan utuh yang memadai daripada suplemen,” kata Schnee.
“Mereka memang memiliki kebutuhan protein yang sedikit lebih tinggi, tetapi hanya atlet elit yang harus mempertimbangkan untuk menambahkan suplemen protein ke dalam makanan mereka, dan hanya jika mereka berusia lebih dari 18 tahun.”
Suplemen protein justru dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, berikut beberapa di antaranya:
- Pertambahan Berat Badan.
Kelebihan protein berarti kelebihan kalori. Jika seorang anak tidak dapat membakar kalori, tubuh menyimpannya sebagai lemak.
- Kerusakan Organ.
Kadar protein yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal dan membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring produk limbah.
Diet tinggi protein membuat ginjal lelah dari waktu ke waktu, dan berkontribusi pada dehidrasi.
Pemrosesan protein juga menciptakan nitrogen di hati. Tingkat nitrogen yang tinggi membuat tubuh lebih sulit untuk memproses limbah dan racun. Kadar nitrogen yang tinggi juga dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk memecah nutrisi.
- Masalah Anak dengan Sistem Kekebalan yang Lemah.
“Suplemen protein tidak diatur oleh Food and Drug Administration (FDA),” kata Schnee.
“Banyak produk tidak memberi label pada semua bahannya, jadi Anda tidak tahu persis apa yang dikonsumsi anak Anda. Banyak bubuk protein mengandung stimulan atau zat yang dapat mengganggu sistem pencernaan anak Anda.”
Dia menambahkan, ada keadaan di mana protein tambahan dibutuhkan.
“Ada kasus khusus di mana seorang anak mungkin membutuhkan protein makanan tambahan. Namun, meskipun demikian, suplemen protein atau shake bukanlah pilihan terbaik,” kata Schnee.
Anak membutuhkan protein tambahan jika mengalami hal berikut:
- Berat Badan Kurang.
Memberikan suplemen protein tampak seperti sesuatu yang mudah, tetapi berhati-hatilah.
“Anda tidak boleh memberikan minuman berprotein kepada anak-anak hanya karena mereka kekurangan berat badan,” kata Schnee.
Baca Juga: Inovasi Beras Berprotein Tinggi
"Jangan gunakan produk ini tanpa berkonsultasi dengan dokter anak."
- Memilih-milih Makanan.
Jika anak tidak suka daging atau hanya ingin makan pasta atau pizza, mungkin mereka mengonsumsi protein lebih sedikit daripada teman-temannya.
“Mereka mungkin mengonsumsi lebih sedikit protein daripada anak-anak lain, tetapi mereka kemungkinan masih memenuhi kebutuhan nutrisi mereka,” katanya.
- Vegetarian
Anak-anak yang tidak makan daging seringkali memiliki kadar protein yang lebih rendah.
“Mereka mungkin membutuhkan 10-15 persen lebih banyak asupan protein untuk mendapatkan manfaat yang sama seperti pemakan daging,” kata Schnee.
Dia menyarankan untuk mengonsumsi selai kacang, kacang-kacangan, oatmeal dan sayuran tertentu, seperti kacang polong, brokoli dan bayam, sebagai sumber protein yang baik untuk mereka.
“Remaja dan atlet remaja terkadang tertarik pada suplemen protein setelah berolahraga,” kata Schnee.
“Tetapi anak-anak membutuhkan kombinasi protein dan karbohidrat untuk membangun kembali otot yang lelah selama latihan. Itu selalu yang terbaik bagi mereka untuk makan."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.