Nantinya jika diperbolehkan, mereka di zona hijau dan kuning pembelajaran dilakukan dengan metode blended learning. Artinya, tidak semua siswa masuk ke sekolahan. Sebagian masih tetap belajar dengan metode PJJ.
“Meskipun di daerah hijau atau kuning, tetapi kalau protokol kesehatan tidak siap ya tidak boleh. Sekarang, semua sekolah SMA atau SMK melakukan self assesment, terkait kesiapan sekolah sesuai protokol kesehatan. Itu harus sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan,” jelasnya.
Baca Juga: Pertimbangan Soal PTM Terbatas di Bulan Juli, Nadiem: Penting Demi Kualitas SDM Indonesia
Diketahui, PTM rencananya dilakukan pada Juli hingga September 2021, menanggapi hal ini, Hari menegaskan jika selama penerapan terjadi kasus penularan Covid-19, maka pihaknya akan menutup sekolah tersebut.
Terkait jumlah sekolahan pengikut PTM dan peserta didik, Hari menyebut masih menunggu hasil evaluasi.
Dia menegaskan pengusulan sekolah untuk PTM harus melalui jenjang yang ketat. Penilaian terdiri dari beberapa aspek, seperti kesiapan guru, siswa dan protokol kesehatan di sekolahan. Selain itu, juga harus ada persetujuan dari satgas daerah.
Sebelumnya, Ganjar Pranowo mengaku meningkatnya kasus Covid-19 di Jateng ini tidak lepas dari lonjakan kasus di dua wilayah sebelumnya yakni Kudus dan Brebes.
"Yang Brebes itu sudah nulari ke Kabupaten Tegal, terus yang Kudus itu ternyata sudah merembet juga. Kalau yang Kudus ini merembetnya satu kelompok. Terkonfirmasi di Jepara, Pati, Demak, Grobogan sampai ke Sragen," kata Ganjar Senin.
Menanggapi hal ini, Ganjar kemudian mengingatkan kepada kepala daerah Rembang, Blora, Boyolali, Solo, dan Semarang untuk bersiap-siap menghadapi sekaligus mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus Covid-19.
Baca Juga: Presiden Jokowi Tegaskan Sekolah Tatap Muka Harus Dijalankan Ekstra Hati-hati dan Terbatas
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.