"Jadi saya mulai standby mulai pukul 22.00 sampai 24.00 dan dalam satu malam saya hanya kuat melayani dua orang," katanya.
Parahnya, aksi mesum tersebut dilakukan pelaku di lantai dua gedung pasar inpres dengan bermodalkan kardus bekas sebagai alas.
"Kalau malam kan sepi disana jadi dilakukan di sana, tiap beraksi saya pakai celana ketat legging dan berpenampilan seperti perempuan," jelasnya.
Dalam tiap pelanggan kata duda yang ditinggal istri meninggal dunia itu, dirinya mendapat upah sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu.
"Tiap sekali kencan saya dikasih uang Rp 25 ribu atau Rp 50 ribu, saya dominan jadi perempuannya," tuturnya.
Baca Juga: Saat Menyamar Supir Tembak, Pria Tersangka Pedofil dan Penculik Anak Ini Akhirnya Tertangkap Polisi
Pernah Jadi Korban Sodomi
Dihadapan penyidik, Rusdiono mengaku tega melakukan aksi tersebut bermula dari dendam karena pada 1984 atau umur 7 tahun menjadi korban pedofil.
"Aku umur 7 tahun jadi korban sodomi makanya saya dendam dan pada tahun 1992 atau umur 15 tahun saya coba melakukan sodomi, pengen tahu apa rasanya," ujar Rusdiono.
Pria yang mengaku pernah memiliki istri namun meninggal dunia ini menuturkan, setelah pertama mencoba dirinya menjadi ketagihan dan pencabulan tersebut terus dilakukan hingga terakhir tahun 2020 lalu.
"Awal saya melakukan di atas pondok bambu, saya dengan teman-teman begadang tidur di sana dan saya melakukan ketika teman saya itu tidur," katanya.
Setelah sekali mencoba, Rusdiono mengaku ketagihan dan kembali melakukan dengan sesama teman serta keluarga ketika datang ke rumahnya.
"Kadang mereka ikut main PS (Playstation) di rumah lalu saat tidur saya cabuli," lanjutnya.
Disinggung apa yang diberikan kepada para korban, Rusdiono mengaku tidak ada karena melakukan tanpa sepengetahuan para korban.
"Saya tidak mengiming-imingi sesuatu hanya diberikan rokok, main PS bersama dan nonton bersama," tandas dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.