Alasannya, bank tempat ia membayar UKT tidak memiliki mesin penghitung uang recehan.
"Kata tellernya enggak ada alatnya. Saya agak kecewa sih, padahal sudah saya pisah-pisahkan di rumah per Rp 100 ribu," kata Saeful dikutip dari Tribunnews, Sabtu (15/8/2020).
Karena itu, ia harus menukarkan uang recehan tersebut dengan uang kertas di minimarket terdekat.
Namun setelah uang kertas sudah di tangan, bank sudah tutup hingga ia harus kembali membayar pada hari berikutnya.
Lebih lanjut, pria berusia 20 tahun ini mengaku akhirnya membayar uang kuliah pakai koin atau recehan pada Kamis (13/8/2020).
Baca Juga: Mendikbud Nadiem Dilaporkan Soal UKT: Ada 40 Mahasiswa yang Terpaksa Mundur
Pria yang tinggal di Cisoka, Tangerang, Banten ini menuturkan, uang recehan tersebut dikumpulkan oleh keluarganya sejak 2016 lalu.
"Tabungan itu sudah dari 2016, malah sebelum saya masuk kuliah," ujar Saeful.
"Jadi, yang awal mulai bukan saya, tapi adik saya dan akhirnya keterusan jadi kebiasaan sekeluarga."
Saeful menambahkan, dirinya tidak menyangka curahan hatinya soal membayar UKT menggunakan uang recehan menjadi viral.
Baca Juga: Mendikbud Nadiem Makarim: Syarat Sekolah Tatap Muka Harus Izin Pemda Hingga Orang Tua
Ia pun berharap agar pihak kampus bisa mendengarkan keluhan-keluhan para mahasiswa di tengah pandemi.
Terlebih, soal pembayaran UKT yang dinilai tidak meringankan beban mahasiswa.
"Harapan saya buat pihak kampus agar bisa lebih mendengarkan suara-suara mahasiswanya," kata Saeful.
Hingga Sabtu (15/8/2020), cuitan miliknya mendapat 1.700 retweet dan disukai oleh 6.400 warganet di Twitter.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.