JAKARTA, KOMPAS.TV - Suasana di arena wall climbing di Gelanggang Olahraga (GOR) Ciracas, Jakarta Timur, pada Minggu (2/6/2024) terlihat berbeda.
Puluhan penyandang disabilitas tengah menjajal olahraga panjat dinding dengan peralatan lengkap secara bergantian.
Di bawah, petugas medis dan pelatih terlihat serius mengawasi para peserta yang mengikuti kegiatan sosialisasi olahraga panjat tebing, yang digelar Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Jakarta Timur.
Salah satu peserta yang antusias mengikuti kegiatan itu adalah Faroq asal Surabaya.
Meski hanya punya satu kaki, ia mengerahkan kekuatan lengan dan kakinya untuk bisa memanjat dinding.
Para pelatih dan peserta lain pun kagum dengan kemampuan Faroq.
"Ya! Ya! Bisa!" seru salah seorang peserta kegiatan saat melihat Faroq memanjat dinding semakin tinggi.
Ketua FPTI Jakarta Timur Dedi Satria mengatakan, pihaknya baru pertama kali menggelar sosialisasi olahraga panjat tebing untuk penyandang disabilitas.
Baca Juga: Ketum KONI Sebut Cabor Panjat Tebing Punya Kesempatan Besar di Ajang Olimpiade 2024 Paris
Ada sekitar 50 penyandang tuna daksa, tuna grahita, tuna rungu, autis, hingga down syndrome yang hadir.
Jumlah itu melebihi ekspektasi lantaran target awal hanya 20 peserta.
"Baru pertama kali dilaksanakan dan bersyukur dalam kegiatan perdana ini bisa terlaksana dan mendapat respons yang positif dari para penyandang disabilitas," kata Dedi kepada Kompas.tv.
"Kita akan mengevaluasi kegiatan sosialisasi tersebut dan kita akan memulai pelatihan seminggu 2 kali," tambahnya.
Setelah menjaring para peminat, FPTI Jaktim akan rutin menggelar latihan untuk meningkatkan kemampuan para peserta difabel agar bisa menjadi atlet panjat tebing atau paraclimbing.
FPTI Jaktim, lanjut Dedi, juga akan memfasilitasi para mereka untuk bertanding di setiap kejuaraan yang digelar FPTI pusat.
Baca Juga: Usai Berlaga di Asian Games Hangzhou, Tim Panjat Tebing Kembali ke Tanah Air Bawa 5 Medali!
"FPTI Jakarta Timur akan fokus untuk membangun tim panjat tebing disabilitas yang dimulai dari tingkat kota, provinsi, nasional dan internasional," ujarnya.
Dedi menerangkan, mayoritas peserta sosialiasi ini baru pertama kali mencoba olahraga panjat dinding. Namun beberapa ada yang sudah akrab dengan olahraga ini.
Salah satunya bernama Rian Dano, penyandang autisme yang sudah lama menggeluti panjat tebing sejak usianya 11 tahun.
Orang tua Rian juga selalu mendukung anaknya dan menjadikan panjat dinding sebagai terapi untuk Rian yang kini berumur 18 tahun.
"Dia autis dari lahir, disarankan oleh dokter untuk terapi dengan latihan manjat," ungkap Dedi.
Baca Juga: Atlet dan Pelatih ASEAN Paragames Dapat Bonus Total Rp320,5 Miliar dari Jokowi!
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.