SOLO, KOMPAS.TV - Kompetisi Indonesia Basketball League (IBL) 2022 memilih untuk lebih transparan soal nama para pemain yang positif Covid-19.
Seperti diketahui, IBL 2022 seri kedua yang digelar di Bandung sedang diterpa badai Covid-19.
Total ada tiga klub yang mengumumkan para pemainnya ada yang terpapar virus corona.
Ketiga klub tersebut adalah Pelita Jaya Bakrie, Indonesia Patriots, serta Satria Muda.
Satria Muda melaporkan Arief Febri positif Covid-19 pada Jumat (28/1/2022). Dua hari berselang, Patriot melaporkan total 7 pemain dan staf pelatih.
Lalu, Pelita Jaya juga mengonfirmasi dua pemainnya, Julian Saputra dan Fernando Fransco positif Covi1-9 setelah melakukan screening kedua.
Baca Juga: Satu Kasus Positif Covid-19, IBL Tunda Laga Satria Muda vs EVOS Thunder
Seluruh orang yang positif itu langsung dievakuasi dari sistem bubble dan telah dirujuk ke hotel untuk melakukan karantina mandiri.
Namun, selain IBL, kompetisi sepak bola divisi teratas Indonesia, Liga 1 2021-22 juga mengalami hal serupa.
Arema FC, Persib Bandung, Persija Jakarta, Persiraja Banda Aceh, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, serta PSS Sleman telah melaporkan adanya kasus positif di tim masing-masing.
Kendati demikian, Liga 1 beserta operator kompetisi PT LIB tak menyebutkan nama-nama pemain atau staf tim yang positif Covid-19. Hal tersebut berbeda dengan IBL.
Direktur Utama IBL Junas Miradiarsyah menyebut alasan utama menyebutkan nama-nama pebasket dan staf pelatih yang positif Covid-19, tidak lain hanya soal transparasi.
Baca Juga: Kartika Siti Aminah: Sosok Pelatih Perempuan Pertama di IBL, Juru Taktik Baru DNA Bima Perkasa
"Kalau pertimbangannya (menyebutkan nama pemain yang Covid-19), kami berprinsip dengan pengalaman yang ada pada 2021, tranparansi menjadi penting," ujar Junas, dikutip dari Kompas.com.
"Tranparansi itu apa? Maksudnya untuk lingkungan sekitar, kepada tim peserta juga kepada publik."
"Covid-19 ini kan tak hanya terjadi di lingkungan olahraga, tapi di lingkungan nasional. Situasi ini terjadi di sekitar kita sehingga harus tahu apa yang terjadi di sekeliling kita."
Junas menyebut, dengan transparasi akan meminimalisir kekhawatiran orang-orang di sekitar.
"Kemudian, siapa yang terpapar perlu kami sampaikan. Kalau tidak kami informasikan, kan itu menjadi pertanyaan, apalagi yang berada di dalam lingkungan bubble-nya," sambungnya.
"Ini harus dilakukan karena jika tidak akan menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran berlebihan. Karena kami juga harus menjaga, yang sehat harus tetap sehat baik secara psikis maupun mental."
"Itulah mengapa kami sampaikan dengan nama-nama pemainnya," tandas pria berusia 41 tahun itu.
Sumber : Kompas.com
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.