KOMPAS.TV - Para ilmuwan khawatir virus bernama G4 EA H1N1, yang disingkat G4 dan dikenal sebagai flu babi, berpotensi menjadi pandemi seperti halnya virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Sebab, virus G4 dikhawatirkan bisa tumbuh dan berkembang pada sel-sel di dalam saluran pernapasan manusia.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan mewaspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia dengan terus melakukan surveilans, sehingga mewaspadai berbagai kemungkinan yang terjadi.
Baca Juga: Menkes: Pasien di Semarang Meninggal Karena Flu Babi
"Surveilans kita masih jalan untuk memantau kemungkinan mengenai hal itu. Untuk mendeteksi kemungkinan kasus pada orang atau petugas, pekerja yang bekerja di peternakan (peternakan babi). Itu sebenarnya ranahnya Kementerian Pertanian (Kementan)," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Kamis (2/7/2020), dikutip dari Kompas.com.
Potensi Penularan Hewan ke Manusia
Laporan dari ilmuwan China menyebutkan bahwa galur atau strain baru virus influenza G4 berpotensi menular dari hewan ke manusia (zoonosis). Kemenkes pun mewaspadai hal itu.
Selain melakukan surveilans, kata Nadia, Kemenkes memiliki tugas dan fungsi menginformasikan kemungkinan penemuan kasus pada orang yang sakit flu pada satu populasi tertentu, misalnya pada pekerja di peternakan babi.
"Kemudian oleh Puskesmas bersama Dinas Peternakan sama-sama melakukan kajian epidemiologi kalau di suatu daerah mungkin ada," ujar dia.
Namun, hingga saat ini, baik Kementan maupun Kemenkes belum menemukan potensi serangan flu babi galur baru tersebut, baik pada hewan maupun potensi penularannya dari hewan ke manusia. "Kami belum ada laporan seperti itu," kata Nadia.
Nadia mengatakan, virus tersebut pada dasarnya merupakan self limiting desease. Artinya, penderita penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya.
Selain itu, menurut dia, flu babi juga sudah dinyatakan sebagai flu biasa oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Vaksinnya pada hewan juga sudah ada. "Vaksinnya sudah ada. Jadi ya pertama vaksin hewan, karena flu babi, influenza pada hewan itu tentu sudah ada vaksin," ucap Nadia.
"Kemudian vaksin pada manusia, kalau memang diperlukan. Sebenarnya (untuk pencegahan) standarnya sama, cuci tangan, melakukan praktik-praktik untuk pencegahan dan sebagainya," kata dia.
Baca Juga: Vicky Nitinegoro di Pihak Baim Wong: Yang Waras Ngalah
Belum Ada Kasus
Nadia menegaskan, kunci agar kasus ini tidak menjadi pandemi adalah surveilans. Selama surveilans jalan, hal itu tidak terlalu jadi masalah.
"Karena sampai saat ini belum ada kasus. Artinya, kita melihat kasus pada manusianya belum ada laporan. Tapi kasus pada hewannya juga kita tidak mendapat laporan dari Kementan," kata Nadia.
Sebelumnya, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan menjelaskan bahwa virus demam babi Afrika atau African swine fever (ASF) yang ditemukan di Indonesia berbeda dengan virus flu babi (swine flu)
"Kasus penyakit pada babi yang ada di Indonesia pada saat ini adalah ASF dan bukan flu babi," kata Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita di Jakarta, Rabu.
Baca Juga: Berikut 7 Langkah Protokol Kesehatan Saat Bepergian Gunakan Transportasi Umum
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.