Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Kondisi paru-paru pasien yang terinfeksi virus corona rupanya tak seperti penderita pneumonia maupun flu biasa. Hal tersebut diungkapkan seorang dokter di Rumah Sakit Universitas George Washington, dr Keith Mortman.
Melalui sebuah model yang disajikan dalam virtual reality (VR), dr Keith Mortman mengurai penjelasan soal bagaimana kondisi paru-paru pasien Covid-19.
Dalam sebuah video yang dibagikan akun Surgical Theater di laman Youtube-nya, VR soal kondisi paru-paru pasien virus corona pun disajikan dalam bentuk empat dimensi.
Baca Juga: Perhatian! 5 Hal Infeksi Virus Corona Tanpa Gejala yang Harus Diketahui
Dilansir dari laman abc7.com via Tribunnews.com, video tersebut memperlihatkan visual tentang bagaimana Covid-19 dapat merusak paru-paru pasien.
Dia menciptakan VR (virtual reality) paru-paru dari pasien yang sebenarnya dirawat karena virus corona di rumah sakit.
Menurutnya, itu memiliki pesan yang kuat untuk disampaikan ke publik.
Baca Juga: PLN Siap Ringankan Biaya Tagihan Listrik di Tengah Wabah Corona, Ini Pelanggan yang Berhak
Bersama perusahaan bernama Surgical Theater, dr Keith Mortman menggunakan hasil CT Scan seorang pasien virus corona untuk membuat model.
Dalam VR tersebut, visual yang diperlihatkan adalah paru-paru pasien virus corona yang berusia 50 tahun. Pasien tersebut memiliki gejala awal demam dan batuk kering.
"Pasien ini adalah seorang pria berusia akhir 50-an, yang awalnya mengalami demam dan batuk tidak produktif seperti banyak orang lain," kata dr Keith Mortman, kepala bedah toraks di Rumah Sakit George Washington.
Namun seiring berjalannya waktu, pasien tersebut memiliki gejala penyakit yang berkembang cepat.
Alhasil, pasien tersebut pun akhirnya memerlukan ventilator sebagai alat bantu pernapasan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.