Severity: Notice
Message: Undefined property: stdClass::$iframe
Filename: libraries/Article_lib.php
Line Number: 241
Backtrace:
File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler
File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article
File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once
KOMPAS.TV - Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengkubuwono X menyampaikan pesan dan imbauan kepada masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terkait wabah virus Corona.
Sri Sultan yang juga Gubernur DIY, mengungkapkannya melalui Sapa Aruh “Cobaan Gusti Allah” di Bangsal Kepatihan, Senin (23/3/2020).
Didamping Wakil Gubernur DIY, Sri Paduka Paku Alam X dan Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji, Sri Sultan HB X meminta maaf tak menyampaikannya di Kraton.
Baca Juga: Mengintip Wisma Atlet Kemayoran yang Disulap Jadi RS Darurat Corona
“Sebetulnya saya akan menyampaikan statement saya kepada masyarakat Yogya, karena pribadi mestinya di Keraton Yogya. Tetapi karena saya bekerja di sini, ngontrol dari sini masalah tanggap darurat, Saya mohon maaf saya lakukan di sini,” katanya dikutip dari Kompas.com.
Sri Sultan HB X kemudian membacakan Sapa Aruh kepada warga.
Assalammualaikum wr. wb.
Semoga kedamaian, keberkahan, dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita semua Para warga Yogyakarta, juga anak-anakku yang sedang belajar di rumah, Saudara-saudaraku semuanya.
SAYA, Hamengku Buwono, pada hari-hari ini yang syarat akan ketidakpastian, yang digambarkan oleh Pujangga Wekasan, Ranggawarsito dalam serat Kalatidha, suasana tidha-tidha yang sulit diramal, penuh rasa was-was. Saya mohon para warga agar bersama-sama memanjatkan doa ke haribaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar Kita diberi petunjuk di jalan lurus-NYA kembali pada ketenteraman lahir dan batin.
Di masa tanggap darurat bencana virus corona ini, kita harus menghadapinya dengan sikap sabar-tawakal, tulus-ikhlas, pasrah lahir-batin, disertai ikhtiar yang berkelanjutan. Sama seperti juga bagi saya, yang berkewajiban menjadi pamong praja beserta pamomong rakyat Yogyakarta, harus berpegang teguh pada ajaran Jawa: “Wong sabar rejekine jembar, Ngalah urip luwih berkah”.
Suasana dualistis ini ibarat mata uang logam, di balik “bahaya” ada “peluang”, bagaikan pedang bermata dua, bisa untuk “membunuh musibah” atau “bertahan hidup”. Islam mengajarkan, di balik cobaan hari ini selalu ada berkah yang datang kemudian. Kemudahan memang tampak enak, dan bisa membuat orang terlena. Di mana seorang pengemudi mobil mengantuk? Bukan di jalan sulit dan sempit, tetapi di jalan raya yang mulus. Pepatah Jawa mengatakan: “kêsandhung ing râtâ, kêbêntus ing tawang”.
Saudara-saudaraku Warga Yogya semuanya.
Berbeda dengan bencana gempa tahun 2006 yang kasat-mata. Sekarang ini, virus Corona itu jika memasuki badan, tidak bisa kita rasakan, dan menyerangnya pun tak terduga-duga. Menghadapi hal itu, kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya. Saya yakin, karena rakyat Yogyakarta memiliki kadar literasi yang tinggi, tentu bisa membedakan mana yang berita hoax serta mana-mana yang benar dan nalar.
Pepatah Jawa kembali mengatakan: “Gusti paring dalan kanggo uwong sing gelem ndalan”. Karena itu, strategi mitigasi bencana non-alam ini, DIY belum menerapkan "lock-down". Melainkan "calm-down" untuk menenangkan batin dan menguatkan kepercayaan diri, agar eling lan waspada. Eling atas Sang Maha Pencipta dengan laku spiritual: “lampah” ratri, zikir malam, mohon pengampunan dan pengayoman-Nya.
Baca Juga: Kabar Duka, IDI Umumkan 7 Dokter Meninggal di Tengah Wabah Virus Corona
Waspada, melalui kebijakan "slow-down", sedapat mungkin memperlambat merebaknya pandemi penyakit corona, dengan cara reresik diri dan lingkungannya sendiri-sendiri. Kalau merasa kurang sehat harus memiliki kesadaran dan menerima kalau wajib “mengisolasi diri” pribadi selama 14 hari sama dengan masa inkubasi penyakitnya. Jaga diri. Jaga keluarga. Jaga persaudaraan. Jaga masyarakat, dengan memberi jarak aman, dan sedapat mungkin menghindari keramaian jika memang tidak mendesak betul.
Bisa jadi kita merasa sehat, tapi sesungguhnya tidak ada seorang pun yang bisa memastikan bahwa kita benar-benar sehat. Malah bisa jadi kita yang membawa bibit penyakit. Karena itu saya mengingatkan pada pepatah Jawa lagi: “Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”. Pesan saya singkat: ”Waspadalah dan berhati-hatilah Saudara-saudaraku!” Doaku buat seluruh warga: “Sehat, sehat, sehat!”. Semoga Gusti Allah berkenan meridhai-Nya. Aamiin.
Setelah mengatakannya dengan Bahasa Indonesia, Sri Sultan kemudian mengatakan Sapa Aruh tersebut dengan Bahasa Jawa dan kemudian mengakhirinya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.