Kompas TV nasional peristiwa

BMKG: Puncak Musim Kemarau 2025 Diprediksi Terjadi pada Juni-Agustus

Kompas.tv - 14 Maret 2025, 20:33 WIB
bmkg-puncak-musim-kemarau-2025-diprediksi-terjadi-pada-juni-agustus
Foto ilustrasi kemarau. Perahu milik nelayan terdampar di sekitar Sungai Jeneberang yang mengering di Desa Bili-Bili, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (30/10/2019). (Sumber: KOMPAS.tv/Ant/ABRIAWAN ABHE)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia tahun ini akan terjadi pada Juni hingga Agustus 2025.

Berdasarkan analisis klimatologi, awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan terjadi dengan pola yang bervariasi, ada yang sesuai dengan kondisi normal, maju, maupun mundur.  

“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka Awal Musim Kemarau 2025 di Indonesia diprediksi terjadi pada periode waktu yang sama dengan normalnya pada 207 ZOM (30%), MUNDUR pada 204 ZOM (29%), dan MAJU pada 104 ZOM (22%)," jelas Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di Kantor Pusat BMKG, Jakarta, Rabu (13/3/2025).  

Baca Juga: Link Streaming BMKG dan Jam Melihat Gerhana Bulan Total di Indonesia 14 Maret 2025

Sejumlah wilayah yang diprediksi mengalami awal musim kemarau sesuai dengan normalnya antara lain Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, serta sebagian Maluku dan Maluku Utara. 

Sementara itu, wilayah yang diperkirakan mengalami keterlambatan masuk musim kemarau meliputi Kalimantan bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, dan Merauke.  

Selain memprediksi awal musim kemarau, BMKG juga menganalisis karakteristik musim kemarau tahun ini. 

Berdasarkan perhitungan klimatologi, secara umum musim kemarau 2025 diperkirakan akan bersifat normal di sebagian besar wilayah Indonesia.  

BMKG memperkirakan 416 ZOM atau 60 persen wilayah akan mengalami musim kemarau dengan sifat normal. 

Sementara itu, 185 ZOM (26 persen) diprediksi mengalami musim kemarau dengan curah hujan di atas normal.

Sedangkan 98 ZOM (14 persen) akan mengalami musim kemarau dengan curah hujan lebih rendah dari biasanya atau lebih kering dari normalnya.  

Wilayah yang diperkirakan mengalami musim kemarau dengan curah hujan normal meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Papua. 

Baca Juga: Waspada Hujan Lebat, BMKG: Jabar dan NTT Berpotensi Banjir Kategori Tinggi 11-20 Maret 2025

Adapun wilayah yang berpotensi mengalami musim kemarau dengan curah hujan di atas normal antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat dan tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, serta beberapa bagian Papua.  

Sebaliknya, wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau dengan curah hujan di bawah normal atau lebih kering meliputi Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.    

Pihak BMKG juga menyoroti dinamika atmosfer dan laut yang berperan dalam menentukan pola musim kemarau tahun ini. 

Berdasarkan monitoring suhu muka laut pada awal Maret 2025, diketahui bahwa fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah bertransisi menuju fase netral dalam sistem El Niño-Southern Oscillation (ENSO). 

Sementara itu, di Samudra Hindia, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga berada dalam kondisi netral.  

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan, kondisi ENSO dan IOD yang netral ini menjadi faktor utama mengapa musim kemarau 2025 diprediksi bersifat normal dan tidak sekering tahun 2023.  

“Jadi utamanya adalah karena tidak adanya dominasi iklim global seperti El Nino, La Nina, dan IOD sehingga prediksi kami iklim tahun ini normal dan tidak sekering tahun 2023,” kata Ardhasena.  

Dengan kondisi atmosfer yang cenderung stabil, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak musim kemarau, terutama di sektor pertanian, energi, dan sumber daya air.  

Baca Juga: Sesar Aktif di Dasar Laut Picu Gempa 4,2 M di Lombok Tengah, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami

Kami memberikan ruang untuk Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini



Sumber : Kompas TV

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x