A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined property: stdClass::$iframe

Filename: libraries/Article_lib.php

Line Number: 241

Backtrace:

File: /var/www/html/frontendv2/application/libraries/Article_lib.php
Line: 241
Function: _error_handler

File: /var/www/html/frontendv2/application/controllers/Read.php
Line: 85
Function: gen_content_article

File: /var/www/html/frontendv2/index.php
Line: 314
Function: require_once

Mengenyam Pendidikan di Bangunan Sekolah Reyot

Kompas TV nasional sapa indonesia

Mengenyam Pendidikan di Bangunan Sekolah Reyot

Kompas.tv - 15 Oktober 2019, 16:12 WIB

Seperti hari-hari biasanya siswa-siswi sekolah Al Khaerat Barambang, Sinjai, Sulawesi Selatan, berbaris sebelum memasuki ruang kelas. Setelah itu, satu persatu memasuki ruang kelas yang juga adalah bangunan sekolah dengan melepas alas kaki masing-masing. Di dalam kelas ini siswa siswi kelas 1 hingga kelas 6 digabung dalam satu ruangan.

Berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya, di ruang kelas ini siswa-siswi harus belajar di lantai karena tidak tersedia bangku. Sementara itu, dinding kayu banyak yang terlihat rusak dan lapuk karena dimakan rayap. Tak ada yang istimewa kecuali wajah tulus murid-murid yang ingin mengenyam pendidikan.

Sekolah Al Khaerat Barambang yang berlokasi di Paniki, sebuah kampung terpencil yang terletak kawasan pegunungan Dusun Bolalangiri, Desa Bontokatute, Kecamatan Sinjai Borong yang jaraknya sekira 60 kilometer dari ibu kota Kabupaten Sinjai.

Murid-murid ini merupakan anak warga setempat yang orangtuanya bekerja sebagai petani. Kampung Paniki hanya dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua, namun bila musim hujan harus dengan berjalan kaki dengan waktu tempuh 1 jam lebih dari Jalan Poros Desa Bonto Katute.

Al Khaerat Barambang pun merupakan satu-satunya sekolah setingkat SD di Kampung Paniki. Karena tak ada pilihan lain bagi anak-anak ini untuk mendapatkan pendidikan dasar kecuali di sekolah itu. Sekolah ini kini memiliki 22 murid dengan 2 orang guru. Sementara alumni pertamanya saat ini sudah duduk di bangku kelas 3 SMA sederajat.

Bangunan sekolah ini dibangun dari swadaya masyarakat Kampung Paniki 7 tahun silam. Saat itu seorang warga meminjamkan lahannya karena ingin anak-anak mereka mengenyam pendidikan dasar.

Sekolah terdekat dari kampung ini jaraknya 4 kilometer, yang hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Prihatin dengan anak-anak Kampung Paniki yang terancam putus sekolah, sang guru rela bertahan mengajar di sekolah ini meski dengan gaji yang jauh dari kata layak, yakni hanya Rp 400.000 per 3 bulan atau Rp 100.000 lebih setiap bulannya.




Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x