Dia mencontohkan jembatan-jembatan di Amerika, terutama New York, yang mengalami perubahan warna setelah bertahun-tahun.
Baca Juga: Desain Istana Garuda Disebut Istana Kelelawar oleh Warganet, Begini Tanggapan Basuki Hadimuljono
"Kalau orang lihat gelap segala macam, kan susah yang biasa lihat menyala-menyala warna emas itu, kan. Saya enggak mau seperti itu," sebutnya.
Ia menegaskan, Garuda dipilih sebagai bentuk bangunan agar tidak ada kecemburuan dari berbagai daerah di Indonesia. Pasalnya, Indonesia memiliki beragam suku.
Nyoman menyebut Indonesia punya 1.300 suku dengan budaya khasnya masing-masing.
Ia menuturkan, Garuda sudah sangat familiar atau dikenal oleh semua suku yang ada di Indonesia sebagai lambang negara.
Baca Juga: Pertamax Naik! Berikut Harga BBM Terbaru Pertamina, Shell, BP AKR, dan Vivo
Apalagi, lanjut Nyoman, lambang Garuda Pancasila juga diciptakan oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Kalimantan, bukan seperti yang dituduhkan bahwa Garuda dari budaya Hindu.
"(Indonesia) ada rumah adatnya, ada kerajinannya. Ada tekstilnya. Supaya tidak terjadi kecemburuan, saya menghindari identitas salah satu suku (untuk) saya gunakan dalam membangun Istana. Rasanya tidak adil. Dengan demikian saya pilih Garuda sebagai ide dasar," paparnya.
"Nah, setelah saya pakai itu, tidak ada satu pun dari suku-suku yang begitu banyaknya yang protes, yang protes kaum arsitek, yang kalah berkompetisi. Ini kan hasil kompetisi. Jadi konsep saya begitu, karena saya tidak ingin terjadi perpecahan akibat desain yang nggak benar," sambungnya.
Sementara soal kesan mistis terhadap Istana Garuda, Nyoman mempersilakan persepsi dari masing-masing orang untuk berpendapat.
Menurutnya, pendapat orang timbul sedikit banyak dipengaruhi oleh pengalaman mereka masing-masing.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.