JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta pers di Indonesia untuk terus memegang Kode Etik Jurnalisme. Karena, menurutnya, itulah kelebihan media pers dibanding citizen journalism atau jurnalisme warga.
Ia meminta pers tidak membuat berita yang asal viral dan sensasional.
"Mestinya berita yang baik bukan yang asal viral, bukan yang asal sensasional. Karena itu memicu bertebaran hoaks. Masih 11.000 (hoaks) di dunia digital," kata Jokowi saat membuka Kongres Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ke-25 di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/9/2023).
"Jangan terpancing bersaing karena viral, karena hoaks yang penting viral. Saya kira hal-hal seperti itu harus dihindari," tandasnya.
Ia juga menilai PWI sebagai organisasi wartawan terbesar dan tertua di Indonesia, selama ini sudah berperan mengawal agar rakyat mendapat pemberitaan yang benar, berimbang, dan tidak ada tarik-menarik kepentingan apa pun.
Baca Juga: Jokowi soal Revisi Permendag yang Atur TikTok Shop dkk: Besok Mungkin Keluar
Di sisi lain, Jokowi tak memungkiri saat ini kondisi industri jurnalistik dan media sedang tidak baik-baik saja. Penyebabnya, kata dia, kemajuan dunia digital. Menurut Jokowi, kondisi itu tidak terjadi di Indonesia saja, tapi juga di negara-negara lain.
"Digital ini tidak bisa kita hentikan, tidak bisa kita suruh stop," ucap Jokowi.
"Kemarin di G20 India, ada enam negara yang berbicara soal AI (artificial intelligence atau kecerdasan buatan), negara besar lagi. Kalau yang saya tangkap, ada ketakutan yang amat sangat terhadap AI ini," tambahnya.
Ia menyampaikan, negara-negara juga selalu terlambat membuat regulasi terkait hal baru.
"Kita belum selesai belajar satu hal, sudah muncul lagi yang lain. Sekarang naskah, skrip, narasi bisa pakai AI. Bahkan membawakan berita juga bisa pakai AI," lanjut Jokowi.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia Dapat Utang Baru Rp7,6 T dari Bank Pembangunan Asia
Di depan para pemimpin redaksi dan pengusaha media yang hadir, Jokowi mengibaratkan kritikan dari pers sebagai jamu sehat dan energi tambahan untuk pemerintah.
Ia menuturkan, kritik yang disampaikan selama ini jenisnya bermacam-macam. Mulai dari yang halus sampai yang tidak jelas arahnya.
"Ada yang halus, ada yang samar-samar, yang perlu didalami ini larinya ke mana. Ada yang to the point, keras, pedas, banyak yang seperti ini juga. Ada yang offside, tidak jelas apa tujuannya," tuturnya.
"Ya tidak apa-apa, semuanya jadi jamu sehat dan enegi tambahan ke pemerintah," imbuhnya.
Menurut Jokowi, kritikan dari media akan tambah banyak saat makin mendekati tahun politik.
Baca Juga: Duet Maut Judi Online-Pinjol, Lingkaran Setan yang Bikin Kriminalitas Meningkat
Namun Presiden berterima kasih kepada keluarga besar pers dan wartawan se-Indonesia, yang selama ini kritis dan cermat dalam mengkritik pemerintah.
Jokowi juga sempat menawarkan agar Hari Pers Nasional (HPN) 2024 digelar di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur.
Sementara menurut agenda, HPN 2024 rencananya akan digelar di Solo, Jawa Tengah.
"Tadi disampaikan, di Solo HPN-nya. Saya menawarkan di IKN. Silakan dipilih. Hotelnya juga sudah jadi yang di sana nanti," kata Jokowi.
Hotel yang dimaksud Jokowi adalah Hotel Nusantara yang baru saja dibangun. Jokowi kemudian berkelakar agar Ketua PWI Atal S Depari tidak menyampaikan kepada Wali Kota Solo bahwa HPN 2024 batal digelar di kota itu.
Baca Juga: OJK Blokir Rekening Judi Online Setelah Disurati Kominfo, INDEF: Seharusnya dari Dulu
Hal itu lantaran dia bisa dimarahi Walkot Solo Gibran Rakabuming Raka yang notabene anaknya sendiri.
"Tapi nanti jangan Ketua PWI menyampaikan ditarik ke IKN. Wali kotanya marah dengan saya nanti," ujar Jokowi disambut gelak tawa hadirin.
Jokowi juga menawarkan agar para peserta pembukaan Kongres PWI yang hadir di Istana Negara menjangkau Bandung dengan kereta cepat. Sebagai informasi, Kongres PWI ke-25 digelar di Kota Bandung, Jawa Barat.
"Yang kedua saya tawarkan kan, kongresnya kan di Bandung, sore ini naiknya kereta cepat. Yang dari daerah kan pasti kepingin," ucap Jokowi.
"Dari Halim ke Padalarang minggu lalu saya coba 26 menit, ditambah feeder 13 menit, totalnya kurang lebih 46 menit. Kalau mau, kalau enggak juga enggak apa-apa," tambahnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.