"Poinnya adalah kalau kita bicara penegakan hukum, sangat-sangat jauh dari harapan masyarakat," lanjutnya.
"Rata-rata hanya 2,5 sampai 3 tahun kan. Dendanya yang juga dibayarkan tidak setara, belum lagi potongan remisi dan sebagainya."
"Jadi problem korupsi bukan hanya di pundak KPK tetapi ini butuh satu dirigen, pemimpin negara dalam hal ini, yang melakukan orkestrasi pemberantasan korupsi secara beriringan di politik, ekonomi dan penegakan hukum," pungkasnya.
Baca Juga: IPK RI Buruk, Ada Apa dengan Pemberantasan Korupsi di Indonesia?
Diberitakan sebelumnya, Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia pada 2022 anjlok 4 poin dari 38 pada 2021 menjadi 34 atau berada di posisi 110 dari 180 negara yang disurvei.
IPK mengacu pada delapan sumber data dan penilaian ahli untuk mengukur korupsi sektor publik di 180 negara dan teritori. Skor dari 0 berarti sangat korup dan 100 sangat bersih.
Dengan hasil tersebut, Indonesia hanya mampu menaikkan skor IPK sebanyak 2 poin dari skor 32 selama satu dekade terakhir sejak 2012. Pada 2021, skor IPK Indonesia adalah 38 dan berada di peringkat 96.
Skor ini merupakan penurunan paling drastis sejak 1995.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi hanya menjawab pendek saat ditanya mengenai penurunan IPK Indonesia.
"Itu akan menjadi evaluasi dan koreksi kita bersama," kata Presiden Jokowi seusai mengunjungi Pasar Baturiti, Tabanan, Bali, Kamis (2/2/2023), dikutip dari Antara.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.