JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno mengatakan Gibran Rakabuming Raka sudah memahami konsekuensi pertemuannya dengan Anies Baswedan.
Adi menjelaskan, Gibran pasti mengetahui pertemuannya dengan Anies akan membuat PDIP merasa gusar.
"Pastinya, Gibran ini sekalipun newcomer di politik tapi sudah sangat sensitif dengan persoalan-persoalan seperti yang sedang dihadapi ini. Apalagi ini masuk tahun politik," kata Adi dalam program "Kompas Petang" Kompas TV Kamis (17/11/2022).
"Kalau PDIP misalnya gusar bahwa Gibran tidak ada untungnya, justru Anies yang mendapatkan untung banyak, tentu itu sedikit masuk akal," imbuhnya.
"Karena setelah pertemuan dengan Gibran, banyak pendukung Anies yang mencoba untuk mengkapitalisasi bahwa Gibran ini adalah orang dekat Jokowi, anaknya presiden, yang secara trah politik itu sama tapi mengapresiasi kinerjanya Anies," jelas Adi.
Menurut Adi, hal ini tentu berpengaruh karena pendukung Jokowi menganggap Anies adalah gubernur yang gagal ketika memimpin DKI Jakarta.
Tapi Gibran justru mengapresiasi kinerja dari Anies dan bahkan ingin belajar dalam persoalan transportasi publik.
Baca Juga: Gibran Bertemu Anies Baswedan, Pengamat: Genit dan Nakal
Sebelumnya, Adi mengatakan bahwa pertemuan Gibran dengan Anies serta sejumlah elit politik lainnya sebagai sikap yang genit dan nakal.
Namun Adi pendapat lain, apa yang dilakukan Gibran bertemu dengan Anies adalah ingin menunjukkan bahwa tidak ada kepentingan politik yang abadi.
Gibran dinilai belajar dari persaingan antara Jokowi dan Prabowo pada pilpres 2014 dan 2019 di mana mereka saat ini berada dalam satu pemerintahan yang sama.
"Tapi menurut saya yang sedang saya bayangkan adalah faktor yang ketiga," lanjut Adi.
"Sepertinya Gibran ini juga belajar banyak dari konstruksi politik kita secara nasional bahwa tidak ada kepentingan politik yang abadi," ujarnya.
"Dalam batas-batas tertentu kita bisa melihat elit-elit dalam negera ini saling bertempur, saling berkompetisi tapi setelah pemilu selesai, semua pihak, semua elit itu saling berangkulan. Dan itu nyata disaksikan langsung oleh Gibran."
"Ketika Jokowi dan Prabowo saling berkompetisi di dua periode 2014 dan 2019, bagaimana kerasnya persaingan itu, tapi bisa kita lihat kedua orang yang saling berseberangan ini saling berangkulan," tutur Adi.
Baca Juga: Usai Anies, Gibran Rakabuming Unggah Foto Bersama Prabowo dan Ganjar
Sementara mengenai sikap PDIP yang merasa gusar dengan pertemuan Gibran dan Anies, Adi menilai hal itu wajar karena Wali Kota Solo itu merupakan kader dari partai berlogo banteng.
PDIP tentu ingin Gibran lebih menjaga sikap dan perasaan politik yang seharusnya sama dengan partai.
"PDIP layak khawatir karena insentif elektoralnya secara umum memang dikhawatirkan ini akan menjadi distorsi dan dikapitalisasi oleh pendukung Anies, minimal dalam level persepsi," ungkap Adi.
"Gibran saja yang anaknya presiden mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Anies. Bagaimana pendukung-pendukung lain yang selama ini mengkritik keras Anies."
"Ini yang sepertinya soal persepsi yang nantinya akan dikapitalisasi bagi orang-orang yang selama ini cukup agresif membantu Anies Baswedan dalam usaha untuk menuju jalan panjang di 2024 nanti."
"Jadi sekalipun Gibran ini memposting nama ataupun fotonya Puan, ada Ganjar, ada Prabowo, ada Anies Baswedan, tentu satu hal yang diinginkan oleh teman-teman PDIP bahwa Gibran itu tidak bisa dilepaskan dari baju politiknya yang saat ini dipakai."
"Gibran itu, apa pun judulnya adalah kader PDIP yang mestinya menjaga sikap, menjaga hati dan perasaan politik yang mestinya seragam dan sama," tukas dia.
Baca Juga: Didukung Bamsoet Maju di Pilgub DKI Jakarta, Begini Respons Wali Kota Solo Gibran Rakabuming
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.