Baca Juga: Muhammadiyah Minta Panglima TNI Meniru Jenderal Besar Soedirman soal Jejak Integritas
Menurut Kevin, pada revolusi Surabaya 10 November Muhammadiyah juga peran krusial sebagai ‘api’ dalam perjuangan melawan penjajah.
“Seruan Bung Tomo dianggap inspirasi bagi seluruh umat Islam di Indonesia karena merasa sebagai muslim berkewajiban membela negara,” tutur Kevin.
Menurut Kevin, sebagai organisasi yang lebih rapi, dalam peperangan itu Muhammadiyah mengirimkan anggota yang punya kecakapan yang memadai terkait perang (laskar) hingga persoalan dapur dan obat-obatan.
“Selain itu, Muhammadiyah memiliki peran tidak langsung yaitu mengajarkan sejak lama lewat pendidikan dan forum keagamaan bahwa perjuangan membela tanah air merupakan suatu kewajiban dan kemuliaan di dalam Islam,” tambahya.
“Sumbangan Muhammadiyah sangat terlihat dalam (perjuangan) Surabaya, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi karena sudah tersusun sebagai organisasi yang sangat well-organized,” ungkap Kevin.
Baca Juga: Mengenang 12 Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah: Mulai dari KH Ahmad Dahlan sampai Fatmawati
Satu hal yang krusial lagi dan ini ‘hilang’ dalam catatan sejarah nasional adalah terkait peranan para perempuan Muhammadiyah dalam masa revolusi.
Ini terkait kepanduan Muhamamdiyah, yakni Hizbul Wathan yang berubah jadi laskar perang saat revolusi.
Dalam data Kevin, peranan para perempuan Muhammadiyah tidak sekadar di dapur belaka. Melainkan juga turut, dalam bahasa Kevin, mengatur muslihat untuk pukul mundur para penjajah. Itu terjadi di Payakumbuh, Sumatera Barat.
“Muhammadiyah sebagai organisasi jadi paling penting dalam menahan serangan Belanda,” tutup Kevin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.