Dalam survei dengan 1.200 responden tersebut elektabilitas Airlangga Hartarto hanya 2,5 persen, Puan Maharani 1,9 persen, sementara tingkat keterpilihan Muhaimin Iskandar 0,55 persen.
Menurut Dedi Kurnia Syah Putra, baliho seharusnya efektif untuk meningkatkan keterkenalan dan keterpilihan politikus.
Namun persoalannya, para tokoh tersebut memasang baliho di momentum yang kurang tepat yaitu ketika masyarakat sedang dalam keadaan prihatin menghadapi pandemi Covid-19.
“Bisa dibilang, secara momentum pemasangan baliho saat ini dianggap tidak bijak, tidak tepat dalam waktu pemasangan,” kata Dedi.
Dia menilai pemasangan baliho justru bisa menjadi bumerang.
Baca Juga: Pengamat: Parpol yang Pasang Baliho Tidak Yakin Popularitas dan Elektabilitas Figur
Sebab, alih-alih mendapat apresiasi positif dari warga, yang didapat justru reputasi negatif.
“Masyarakat malah menilai tokoh-tokoh yang memasang baliho saat ini, kurang peka dan kurang empati karena memikirkan politik saat situasi sulit yang dihadapi masyarakat,” tuturnya.
Lagipula, untuk mendongkrak popularitas pun, belum tentu efektif karena ketimbang memikirkan soal politik, perhatian masyarakat lebih fokus bagaimana menghadapi persoalan hidup di masa pandemi.
Baca Juga: Ramai Baliho Pilpres 2024, Ganjar Pilih Fokus Tangani Covid-19
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.