Kompas TV nasional sosial

Jurus Cegah Banjir Bandang di Pulau-Pulau Kecil Indonesia

Kompas.tv - 9 April 2021, 17:32 WIB
jurus-cegah-banjir-bandang-di-pulau-pulau-kecil-indonesia
Presiden Joko Widodo saat meninjau lokasi terdampak banjir bandang di NTT, Jumat (9/4/2021) (Sumber: Tangkapan Layar Youtube Setpres)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Hariyanto Kurniawan

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Pakar kebencanaan Universitas Gajah Mada (UGM), Suratman, menilai salah satu penyebab banjir bandang di pulau-pulau kecil di Indonesia adalah bentang alam dan daerah aliran sungai (DAS) yang terdegradasi. Degradasi bentang alam dan DAS itu disebabkan deforestasi dan ahli fungsi lahan.

Menurut Suratman, tipe DAS dengan pulau kecil perlu penanganan khusus, terutama persebaran pola permukiman. 

"Jadi memang Indonesia perlu mulai berpikir mengelola das-das di pulau kecil. Ini peringatan untuk bangsa kita. Jadi banjir tidak hanya terjadi pada DAS besar tapi DAS kecil di pulau kecil apalagi terjadi anomali iklim seperti sekarang ini bisa mengerikan,” ujarnya, Jumat (9/4/2021).

Baca Juga: Pengungsi Korban Banjir Bandang di Adonara Sebut Butuh MCK Darurat dan Peralatan Tidur

Ia tidak menampik banjir bandang yang terjadi di pulau-pulau kecil, seperti NTT baru-baru ini, disebabkan oleh curah hujan akibat anomali iklim dengan siklon tropis seroja. Namun, terjadinya banjir bandang juga tergantung pada sisi ketahanan bentang alam, kondisi hutan, dan lereng di sekitar aliran sungai. 

Apabila daya dukung semakin minim maka ketangguhan sungai dalam menahan jumlah curah hujan yang tinggi di hulu sungai akan menurun. Terlebih, jarak lintas sungai di pulau-pulau kecil ini pendek, yakni sekitar empat kilometer dari hulu sampai ke laut. 

"Apalagi material vulkanik dan datanya hutannya juga ada pengurangan,” ucapnya.

Suratman membenarkan banjir bandang biasanya mendadak. Jarak lintas sungai yang pendek membuat waktu evakuasi menjadi sangat singkat walaupun sudah ada peringatan dini, ditambah kejadiannya berlangsung pada malam hari.  

Ia berpendapat masyarakat perlu membaca tanda banjir bandang dengan melihat kondisi curah hujan selama tiga hari berturut-turut. 

“Bila tiga hari hujan berturut-turut maka bisa berisiko banjir sehingga harus waspada,” tuturnya.

Baca Juga: Momen Jokowi Pantau dari Udara Dampak Banjir Bandang di Lembata, NTT

Suratman mengusulkan perlu dilakukan edukasi melalui pembentukan srikandi sungai dan sekolah sungai di pulau-pulau kecil. Selama ini program yang bisa mengantisipasi banjir bandang dan luapan air sekitar sungai ini hanya fokus di daerah yang memiliki DAS yang panjang dan pulau-pulau besar.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x