JAKARTA, KOMPAS.TV - Penggalan video wawancara Dr. K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur soal Bom Bali belakangan beredar kembali di media sosial. Mantan juru bicara Gus Dur ketika menjadi Presiden Indonesia ke-5, Yahya Staquf, angkat bicara soal beredarnya kembali video tersebut.
Apa yang dikatakan Gus Dur dalam penggalan video berdurasi 59 detik tersebut cukup mencengangkan: ia menduga Bom Bali sangat mungkin dilakukan oleh aparat keamanan.
Di tengah peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar, bobot kontroversi video tersebut tentu tambah berlipat.
Sebagai informasi, penggalan wawancara Gus Dur tersebut dipotong dari seri film dokumenter Dateline berjudul Inside Indonesia’s War on Terrorism yang tayang di jaringan Special Broadcasting Services (SBS), Australia, pada 12 Oktober 2005 silam.
Baca Juga: Polisi Masih Dalami Korelasi Terduga Teroris Condet-Bekasi dengan FPI dan Bom Makassar
Kepada KompasTV, Selasa (30/3/2021), Yahya Staquf menjelaskan apa maksud pernyataan Gus Dur dalam penggalan video tersebut.
"Gus Dur menyampaikan dugaan beliau terkait peristiwa bom Bali secara spesifik. Yaitu bahwa dalam peristiwa tersebut mungkin aktornya tidak tunggal. Selain Amrozi dkk. dari Jama’ah Islamiyah, Gus Dur menduga adanya kemungkinan elemen aparat Pemerintah (polisi atau tentara) melakukan operasi mereka sendiri yang paralel dengan operasi yang dilakukan oleh Amrozi,” ucap Yahya.
Kendati demikian, tokoh Nahdatul Ulama asal Rembang tersebut menggarisbawahi sebuah poin penting: pernyataan Gus Dur kala itu tak lepas dari konteks masa awal reformasi, di mana situasi keamanannya belum stabil.
“Gus Dur menyampaikan alasan-alasan beliau sehingga memiliki praduga semacam itu. Seluk-beluk peristiwa bom Bali mungkin terkait konteks realitas yang kompleks pada waktu itu, baik di dalam negeri maupun dalam percaturan internasional,” tambah Yahya Staquf.
Baca Juga: Tim Densus 88 Kembali Tangkap Terduga Teroris yang Terlibat Bom Makassar, Semuanya Perempuan
Elaborasi Yahya Staquf tak hanya sampai di situ. Sosok pernah menjabat sebagai Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu meyakinkan, terlepas dari peristiwa Bom Bali, fakta keberadaan jaringan terorisme di Indonesia tetap nyata sampai kini.
"Seluk-beluk peristiwa bom Bali adalah satu hal, sementara keberadaan gerakan teroris dengan ideologi Islamisme adalah hal lain. Bahwa jaringan itu terus hidup dan berkembang hingga kini, merupakan bukti, masyarakat kita khususnya dan dunia internasional umumnya, menghadapi masalah luar biasa serius terkait suatu teologi Islam yang dapat dijadikan bahan baku bagi ideologi Islamis yang membenarkan teror," jelasnya.
"Artikulasi-artikulasi ideologi ini bahkan sangat gamblang beredar dalam percakapan-percakapan publik, terutama melalui kelompok-kelompok kajian Islam dan media-media sosial.”
Baca Juga: Pelaku Bom Makassar Pasutri Baru 6 Bulan Menikah, Terafiliasi dengan ISIS
Untuk itulah, Khatib Aam PBNU ini kembali mengingatkan: ulama dan para pemimpin Islam harus bekerja keras untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.
"Dengan membangun paradigma teologis untuk membongkar wawasan yang mendorong segregasi umat Islam dari golongan lain dan memperjuangkan integrasi yang harmonis di antara kelompok-kelompok yang berbeda, baik yang berbasis agama maupun non-agama,” tegas Yahya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.