Kompas TV lifestyle kesehatan

Kisah Pilu Ibu yang Kehilangan Bayi akibat Perokok dalam Keluarga: Anakku Mati karena Asap Rokok

Kompas.tv - 6 Juli 2023, 21:52 WIB
kisah-pilu-ibu-yang-kehilangan-bayi-akibat-perokok-dalam-keluarga-anakku-mati-karena-asap-rokok
Gibran Ahmad (depan) meninggal dunia akibat menderita pneumonia karena terpapar asap rokok. (Sumber: Tangkapan Layar Berkas Kompas)
Penulis : Rizky L Pratama | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS. TV Desti Puspita tak kuasa menahan air matanya saat mengunjungi makam putranya, Gibran Ahmad atau yang sering disapa Iban, bayi berusia 7 bulan yang meninggal dunia akibat mengalami kerusakan di paru-parunya.

Mei lalu, Iban sang putra bungsu meninggal setelah dinyatakan menderita pneumonia atau infeksi paru-paru. Iban yang belum genap berusia 1 tahun itu harus merasakan sakit akibat menjadi perokok pasif.

“Kangen bercanda sama Iban. Kangen nangisnya Iban. Udah enggak berusaha menangis, tapi Iban-nya kangen, dong,” ucap Desti terisak seraya menyeka air mata yang jatuh di pipinya.

“Jadi itu kayak terngiang-ngiangnya, Iban masih ada, masih ada suara nangisnya, masih ada suara ketawanya, masih denger. Tapi kok kayak enggak bisa peluk, enggak bisa ngelakuin hal-hal yang biasa aku lakuin sama Iban,” terangnya.

Ketika ditanya siapa yang paling ia persalahkan atas kematian Iban, Desti pun menjawab singkat, “Aku. Diri sendiri.”

Meski merasakan penyesalan dan menahan kerinduan serta rasa sesak di dada karena kehilangan buah hati tercintanya, Desti mau berbagi cerita tentang bagaimana Iban bisa menjadi korban karena asap mematikan dari rokok.

Desti mengungkapkan, suaminya adalah perokok berat. Adik dan kakaknya, yang tinggal serumah dengannya, tak luput dari candu batang rokok. Begitu dekatnya Iban dengan para pecandu rokok, sejak lahir, bayi malang itu sudah terpapar asap rokok dari bapak dan pamannya sendiri.

“Dia (Iban) itu kayak misalnya naik stroller, dia (suaminya) ngedorong stroller tapi tangannya tetep ngerokok,” tutur Desti.

“Iya (sedekat itu). Kayak misalnya di halaman teras, anak saya di stroller, suami saya lagi ngasih makan ayam, burung, ya sambil ngerokok aja gitu. Sebelah-sebelahan.”

Akibatnya, Iban, dengan ketahanan tubuh yang masih lemah, harus mengalami masalah pernapasan. Bahkan, di usia 14 hari, Iban sempat dibawa ke rumah sakit karena paru-parunya bermasalah.

“Harusnya kalau dirontgen itu (paru-parunya) hitam, tetapi anak aku udah putih. Jadi kayak abu-abu gitu,” kata Desti.

“Ditanya sih (sama dokter). ‘Di rumah ada yang ngerokok nggak, Bu? Ini anak belum bisa kayak kena polusi, kena asap rokok’. Gitu sih, mas,” tambahnya.

Baca Juga: Ternyata Paparan Asap Rokok Orang Tua Berpotensi Buat Anak Stunting, Ini Penjelasan dari Kemenkes

Setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit itu, dokter yang menangani menyatakan, butuh waktu dua bulan agar bayi malang itu bisa sembuh.

Namun, meski Iban sedang sakit karena masalah pernapasan, para perokok yang tinggal serumah dengannya, tetap tak berhenti membakar dan mengisap batang demi batang rokok.


Kondisi Iban pun semakin parah.

Puncaknya, saat perayaan Hari Raya Idul Fitri bulan April lalu, Iban bayi yang sedang lucu-lucunya, jadi pusat perhatian sanak famili yang datang berkunjung. Dari tangan ke tangan, Iban bergantian digendong oleh anggota keluarga besar Desti.

Padahal, saat menggendong Iban, mereka yang perokok, tetap sambil merokok. Namun, Desti sungkan menegur karena takut cekcok.

“Tapi akunya yang nggak bisa lebih tegas, lebih marah, padahal aku bisa melakukannya. Karena dia anak aku, dia hak aku. Misalnya ada orang yang ngerokok sambil gendong anakku, aku harusnya bisa ambil. Tapi aku nggak melakukan itu. Di situ kesalahan terbesar,” kata Desti dengan raut wajah penyesalan.

“Kenapa nggak dilakuin? Kenapa harus diem dengan alasan berantem? Dengan alasan ribut? Padahal harusnya anak tanggung jawab kita, hak kita. Harusnya kita melakukan apa aja, tapi aku nggak bisa melakukannya. Udah (terjadi) semuanya, sekarang hasilnya penyesalan aja, mas,” tutur dia.

Dengan masalah pernapasan yang semakin parah, Iban pun kian sering mengalami batuk, pilek dan sulit bernapas. Bahkan, Gibran harus menggunakan alat bantu napas nebulizer untuk melancarkan pernapasannya. Tapi lagi-lagi, para perokok yang berada di rumah Desti tetap  dengan santainya mengisap rokok, kendati tahu bahwa Iban tengah menderita.

“Iya (tetap merokok). Padahal mereka lihat sendiri ya, anak aku tuh lagi diuap, lagi sesak, sampai nangis-nangis jejeritan karena diuap kan sakit hidungnya. Tapi mereka tetap ngelakuin hal yang sama,” ujar Desti.

Memasuki bulan Mei, kondisi Iban semakin memburuk. Bayi itu mengalami kejang dan demam tinggi. Saat tiba di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa paru-paru Iban rusak.

“Langsung lemas,” kata Desti mengenai perasaanya saat tahu bayinya mengalami kerusakan paru-paru.

“Dan rontgen paru-paru Gibran, paru-paru yang pertama sudah nggak berfungsi. Sudah putih, sudah tidak bisa dipakai. Ya alias sudah rusak. Dan satunya lagi, bukannya sehat, paru-parunya sudah abu-abu.”

Baca Juga: Bisakah Virus Corona Tersebar Melalui Asap Rokok?

Desti kemudian menceritakan detik-detik Gibran meninggal dunia.

“Di hari pertama, sebelum masuk ICU. Jadi Gibran sesak nggak selesai-selesai, kejangnya nggak berhenti, akhirnya dokter bilang, 'mau nggak anaknya diintubasi dengan jantung dan paru-parunya diambil alih mesin',” terangnya.

Namun, malam itu rupanya jadi malam terakhir Desti melihat sang buah hati bernyawa. Keesokan harinya, Gibran meninggal dunia pada pukul enam pagi.

Kehilangan putra bungsunya dengan cara menyakitkan, Desti tak mau lagi kejadian buruk itu menimpa dua putranya yang lain. Ia pun bertekad untuk melindungi kakak-kakak Gibran dari paparan asap rokok dan berjanji berani bersikap lebih tegas demi kehidupan sehat anak-anaknya.

“Jadi gini, kalau misalnya ada yang ngerokok deket anak aku yang dua ini, aku kayak jadi marah. Kayak 'nggak cukup ya? Gibran ini udah nggak ada, trus mau anak satu lagi nggak ada? Mau anaknya satu lagi nggak ada?' Kayak gitu. Jadi kayak marah gitu kalau ada yang ngerokok di deket anakku," tutur Desti.

Indonesia Darurat Anak Perokok Pasif




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x